Gunungan Grebeg Syawal Ludes 'Dirayah' Massa
Sabtu, 18 Juli 2015 - 15:51 WIB
Sumber :
- VIVA.co.id/ Daru Waskita
VIVA.co.id
- Keraton Yogyakarta kembali menggelar tradisi gunungan Grebeg Syawal yang bertepatan dengan Hari Raya Idul Fitri 1436 H yang berlangsung di alun-alun utara Keraton Yogyakarta, Sabtu 18 Juli 2015.
Kali ini Keraton Yogyakarta mengeluarkan enam gunungan Grebeg Syawal. Lima gunungan diperebutkan di halaman masjid Gedhe Kauaman yang lokasinya di sisi barat alun-alun utara Keraton Yogyakarta. Sementara sebuah gunungan lain diperebutkan masyarakat di alun-alun Swandanan, Puro Pakualaman, Yogyakarta. Â
Namun, belum sempat gunungan didoakan oleh imam masjid Gedhe Kauman, 5 gunungan Grebeg langsung ludes 'dirayah' puluhan orang yang berebut di halaman Masjid Gedhe, Kauman, Yogyakarta.
Keenam gunungan itu antara lain gunungan kakung dua buah, gunungan putri, gunungan pawuhan, gunungan pawon dan gunungan gepak. Satu gunungan kakung diperebutkan di alun-alun Swandanan, Puro Pakualaman.
Keluarnya gunungan dikawal sepuluh bergodo (prajurit) yang dipimpin langsung GBPH Yudhaningrat. Lima gunungan menuju halaman masjid Gedhe, Kauman, sedang satu gunungan dikawal pasukan gajah dibawa ke alun-alun Swandanan, Puro Pakualaman, Yogyakarta.
Meski upacara baru dimulai pukul 10,00 WIB, namun pukul 08.00 WIB alun-alun Utara, Yogyakarta, sudah dipadati warga masyarakat yang ingin menyaksikan jalannya upacara gunungan dari dekat.
Mereka kebanyakan warga masyarakat yang kebetulan mudik, setelah sekian tahun merantau dan kini kembali ke kampung halamannya, mengajak anak dan saudaranya untuk menyaksikan jalannya upacara gunungan.
Gunungan Syawal yang terdiri dari beberapa bahan pembuat seperti tepung beras, kacang panjang, ketan dan beberapa hasil palawija lainnya diperebutkan untuk umum. Sayangnya, masyarakat keburu berebutan saat gunungan tiba. Suasana demikian, membuat abdi dalem kewalahan dan memilih menyingkir dari arena perebutan sesaji gunungan.
Yang menarik dari 'rayahan' gunungan itu, ternyata tidak hanya warga biasa tapi ada wisatawan asing yang turut berebut gunungan.
"Hebat, ini sangat menakjubkan," kata wisatawan asing asal Belanda di sela-sela menyaksikan warga berebut gunungan.
Rudi mengaku wisatawan yang dipandunya antusias menyaksikan tradisi Gregeg Syawal yang baru pertakali dilihatnya.
"Wisatawan asal Belanda ini, senang bisa melihat upacara gunungan,"jelas Rudy, pemandu wisatawan tersebut. (ren)
Baca Juga :
Lagi, Calon Penumpang Pesawat Ngaku Bawa Bom
Keenam gunungan itu antara lain gunungan kakung dua buah, gunungan putri, gunungan pawuhan, gunungan pawon dan gunungan gepak. Satu gunungan kakung diperebutkan di alun-alun Swandanan, Puro Pakualaman.
Keluarnya gunungan dikawal sepuluh bergodo (prajurit) yang dipimpin langsung GBPH Yudhaningrat. Lima gunungan menuju halaman masjid Gedhe, Kauman, sedang satu gunungan dikawal pasukan gajah dibawa ke alun-alun Swandanan, Puro Pakualaman, Yogyakarta.
Meski upacara baru dimulai pukul 10,00 WIB, namun pukul 08.00 WIB alun-alun Utara, Yogyakarta, sudah dipadati warga masyarakat yang ingin menyaksikan jalannya upacara gunungan dari dekat.
Mereka kebanyakan warga masyarakat yang kebetulan mudik, setelah sekian tahun merantau dan kini kembali ke kampung halamannya, mengajak anak dan saudaranya untuk menyaksikan jalannya upacara gunungan.
Gunungan Syawal yang terdiri dari beberapa bahan pembuat seperti tepung beras, kacang panjang, ketan dan beberapa hasil palawija lainnya diperebutkan untuk umum. Sayangnya, masyarakat keburu berebutan saat gunungan tiba. Suasana demikian, membuat abdi dalem kewalahan dan memilih menyingkir dari arena perebutan sesaji gunungan.
Yang menarik dari 'rayahan' gunungan itu, ternyata tidak hanya warga biasa tapi ada wisatawan asing yang turut berebut gunungan.
"Hebat, ini sangat menakjubkan," kata wisatawan asing asal Belanda di sela-sela menyaksikan warga berebut gunungan.
Rudi mengaku wisatawan yang dipandunya antusias menyaksikan tradisi Gregeg Syawal yang baru pertakali dilihatnya.
"Wisatawan asal Belanda ini, senang bisa melihat upacara gunungan,"jelas Rudy, pemandu wisatawan tersebut. (ren)
Baca Juga :
Menanti Pintu Gerbang Dunia di Kulonprogo
Sudah lama direncanakan, belum tereksekusi.
VIVA.co.id
8 Agustus 2016
Baca Juga :