Pengungsi Rohingya Terserang Gatal-gatal
Selasa, 30 Juni 2015 - 15:18 WIB
Sumber :
- VIVA/Zulfikar Husein
VIVA.co.id
- Sejumlah pengungsi Rohingya yang berada di kamp pengungsian sementara di Blang Ado, Aceh Utara, mengalami gatal-gatal pada kulit. Penyakit kulit tersebut diduga terjadi akibat kondisi lokasi pengungsian yang tidak bersih.
“Karena kotor ya, mereka (pengungsi) juga kadang malas mandi, (kalaupun) mandi kurang bersih dan mereka tidak ganti baju,” ujar dr. Kemalasari, Koordinator posko kesehatan pengungsi Rohingya di Blang Ado, Selasa, 30 Juni 2015.
Baca Juga :
Menkumham: Indonesia Kewalahan Hadapi Imigran
Baca Juga :
Kapal Terbalik, Lima Migran Tenggelam di Yunani
“Karena kotor ya, mereka (pengungsi) juga kadang malas mandi, (kalaupun) mandi kurang bersih dan mereka tidak ganti baju,” ujar dr. Kemalasari, Koordinator posko kesehatan pengungsi Rohingya di Blang Ado, Selasa, 30 Juni 2015.
Hal tersebut dikarenakan kebiasaan para pengungsi rohingya di tempat asalnya. Selain itu, penyakit tersebut juga terjadi ketika mereka pertama kali terdampar di Aceh.
Meski begitu, pihaknya sudah menyediakan obat untuk imigran tersebut. “Ada persediaan obat. Sejauh ini persediaan obatnya masih banyak. Kami selalu berkoordinasi dengan pihak UNHCR,” kata Kemalasari.
22 imigran dideportasi
Sementara itu, sebanyak 22 orang imigran asal Bangladesh yang ikut terdampar bersama warga Rohingya di Langsa, Aceh, bulan lalu, hari ini dideportasi ke negar asalnya. Mereka dideportasi melalui bandara Kualanamu, Medan.
Mereka diangkut dari lokasi penampungan Kuala Langsa dan dibawa ke Medan, tengah malam tadi. Para imigran tersebut dibawa menggunakan bus dan tiba di bandara dini hari. Mereka dijadwalkan terbang kembali ke negaranya pukul 09.00 WIB, Selasa 30 Juni 2015i.
Sebelumnya pihak imigrasi dan IOM juga telah mendeportasi sejumlah warga Bangladesh Senin kemarin, 29 Juni 2015. Dikabarkan akan ada sejumlah imigran Bangladesh lainnya yang akan kembali dideportasi besok juga melalui bandara Kualanamu, Medan.
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Hal tersebut dikarenakan kebiasaan para pengungsi rohingya di tempat asalnya. Selain itu, penyakit tersebut juga terjadi ketika mereka pertama kali terdampar di Aceh.