Ketika Prajurit TNI Tempa Jurnalis di Situasi Darurat

Panglima TNI, Jenderal Moeldoko bersama wartawan
Sumber :
  • VIVA.co.id / Foe Peace

VIVA.co.id - Sebanyak 86 wartawan dari berbagai media baik cetak, radio, televisi dan online mengikuti pelatihan kedaruratan wartawan yang diselenggarakan TNI di Daerah Latihan Kostrad Sanggabuana, Desa Mekar Buana, Kec. Tegal Wara, Kab. Sanggabuana Karawang, Jawa Barat. Pelatihan digelar sejak 11 Juni 2015 hingga 13 Juni 2015.

Para jurnalis itu berkumpul di Mabes TNI Cilangkap sebelum bertolak ke Sanggabuana, pada Kamis, 11 Juni 2015. Mereka menggunakan seragam loreng-loreng bak seorang personel TNI sungguhan. Perjalanan menuju Sanggabuana ditempuh selama 3 jam.

Sesampainya di tempat latihan, para wartawan langsung diminta untuk berbaris terlebih dahulu di lapangan untuk mengecek segala kelengkapan, sebelum akhirnya masuk ke dalam barak yang telah disiapkan untuk beristirahat dan tempat tinggal selama mengikuti pelatihan.

Selama tinggal di barak, para wartawan ini harus mengikuti aturan dan disiplin ala prajurit. Mereka juga makan makanan yang biasa disiapkan untuk prajurit TNI, dan wajib mengikuti kebiasaan makan prajurit.

"Teman-teman makan dengan saling menyuapi, supaya melatih kekompakan satu sama lain, bukan tidak beralasan," kata Pelatih Kostrad Sanggabuana, Lettu Inf Agus Prianto, di Desa Mekar Buana, Kec. Tegal Wara, Kab. Sanggabuana Karawang, Jawa Barat," Sabtu, 13 Juni 2015.

Saat mencicipi makanan pertama di barak, wartawan VIVA.co.id, yang mengikuti pelatihan dan beberapa wartawan lainnya sempat tidak mendapatkan lauk pauk seperti wartawan lainnya. Usut punya usut, ternyata ada beberapa wartawan yang mengambil jatah makan berlebih, sehingga sebagian rekannya tidak kedapatan.

Maklum, selama di barak, jumlah lauk pauk sebenarnya sudah disesuaikan dengan jumlah peserta. Sehingga tidak ada yang kurang atau lebih. Sialnya, beberapa wartawan rupanya kalah cepat, sehingga hanya mendapat lauk seadanya.

"Saya hanya mendapatkan nasi sama kerupuk saja saat makan, saya rasa teman-teman lain mengambil dalam jumlah lebih," kata Foe Peace, wartawan VIVA.co.id.

Namun situasi itu tak berlangsung lama. Salah satu wartawan yang mengambil lauk lebih, yang tidak ingin disebutkan namanya mengaku khilaf. Ia mengira, bisa mengambil lauk lebih karena tidak diberikan pengumuman sebelumnya oleh pelatih dari Kostrad.

"Saya tidak tahu, saya pikir boleh, jadi saya ambil saja. Tapi sudah saya balikin tadi ke teman yang belum mendapatkan," ungkapnya.

Melihat kejadian itu, pelatih dari Kostrad kemudian menghukum wartawan yang mengambil lauk berlebih. Pelatih meminta wartawan tersebut mengembalikan lauk lebih yang dia ambil dan dihukum push-up karena tidak memperhatikan teman yang lain.

"Mereka dihukum push-up karena mereka tidak memerhatikan teman yang lainnya. Dan yang lain sekarang semuanya bisa makan dengan lauk-pauk yang ada," ujar Lettu Agus.

Dalam makan, wartawan dituntut untuk makan dengan cepat layaknya prajurit TNI. Makan dengan diburu waktu jelas tidak mengenakan, tapi itu yang harus dilakukan. Sebab, setelah makan harus mereka ke lapangan untuk melakukan prosedur apabila mendengar alarm darurat dan alarm aman.

"Jika mendengar alarm darurat dari pelatih, teman-teman sekalian harus berkumpul di lapangan membentuk lingkaran dengan tiarap, sambil berteriak darurat. Jika mendengar alarm aman, teman-teman sekalian baru boleh kembali ke tempat semula," lanjut Agus.

Begitu juga saat malam hari, kesiap-siagaan para wartawan dilatih. Ketika para wartawan sedang tertidur pulas, tiba-tiba sekitar pukul 03.00 WIB, alarm darurat berbunyi. Seketika itu, para wartawan berhamburan keluar, dan tiarap di tengah lapangan. Tak lama kemudian, terdengar suara alarm aman dan mereka kembali ke barak.

Pasukan Garuda Juara Umum Ajang Olahraga di Afrika

Selanjutnya... Insting Perang


Insting Perang

Siap dan tanggap dalam setiap situasi darurat memang menjadi salah satu tujuan dari pelatihan ini. Saking dituntut untuk selalu siap siaga, di malam kedua terdengar alarm darurat pukul 03.00 pagi, para wartawan yang sedang tidur itu kembali berkumpul di lapangan dan tiarap.

Para jurnalis itu sudah berkumpul membentuk lingkaran dan tiarap di tengah lapangan. Sialnya, alarm darurat yang mereka dengar ternyata bukan untuk kalangan wartawan.

Di tempat yang sama, ternyata ada juga anggota POM Angkatan Laut dan Batalyon Intai Ampibi Tempur yang sedang melakukan pelatihan di Sanggabuana. Alarm darurat pukul 03.00 pagi itu, sebenarnya untuk prajurit TNI AL, bukan untuk kalangan jurnalis.

Beragam ekspresi wajah para wartawan setelah mengetahui alarm darurat itu ternyata bukan untuk mereka. Beberapa wartawan saling tatap sambil tertawa dan kembali ke barak, melanjutkan istirahat.

"Saat malam kedua ada alarm darurat, itu bukan punya kita (bukan untuk wartawan). Itu punya POM AL. Saya lihat ada perubahan yang dilakukan para wartawan, instingnya bagus sekali dengar alarm langsung ambil posisi. Saya respek sekali, kalau begini, saya menilai naluri perang mereka sudah muncul, kalau kemungkinan meliput ke medan perang, sudah ada sedikit modal," sambung salah satu pelatih di Sanggabuana, Kopral Rosyidi.

Pada tanggal 12 Juni 2015, sekitar pukul 04.30, selesai Shalat Subuh, para wartawan melakukan senam pagi. Kemudian pada pukul 08.00, Panglima TNI Jenderal Moeldoko hadir ke Sanggabuana, guna membuka pelatihan kedaruratan wartawan.

Latihan TNI di Tarakan untuk Amankan Kilang Minyak

Setelah selesai membuka latihan kedaruratan, acara dilanjutkan dengan pemberian materi pelatihan kepada para wartawan.

Adapun, materi pelatihan yang diberikan adalah jelajah dan rintangan malam, pengetahuan navigasi darat, pengetahuan mengasah jejak, pengetahuan melintasi daerah bahaya, pengetahuan survival dan berbivak, pengetahuan menaksir arah dan jarak tembakan,  dan praktik menembak senapan jarak 30 meter pada hari terakhir acara pelatihan tersebut.

Malam harinya, para wartawan mengikuti jurit malam, yang dalam tradisi militer merupakan ajang uji nyali. Satu per satu mereka diminta jalan sendirian ke hutan dan perbukitan yang gelap. Sepanjang jalan mereka melintasi hutan, mereka sempat dikagetkan dengan kemunculan sosok pocong dan kuntilanak, yang sebelumnya memang sudah direncanakan oleh para pelatih.

Saking kagetnya, ada seseorang wartawan sempat memukul pocong palsu tersebut. Padahal, bisa jadi pocong tersebut adalah pelatih yang sengaja menyamar untuk menakuti peserta.

Setelah jurit malam, acara dilanjutkan dengan api unggun di tengah lapangan yang kerap digunakan untuk aktivitas latihan. Di sana, adalah moment yang bisa dinilai sebagai moment paling membanggakan. Bagaimana tidak, disana secara bergantian, para wartawan menghormat dan mencium sang merah putih ditengah nyalanya api unggun sambil diiringi lagu perjuangan 'syukur'.

Esok paginya, pada tanggal 13 Juni 2015, para wartawan melakukan praktik menembak senapan jarak 30 meter. Sebelumnya para wartawan lebih dulu diberikan pembekalan. Wartawan diperkenalkan dengan senjata buatan Pindad, yang diketahui berasal dari Indonesia sendiri. Senjata itu adalah SS1(Senapan Serbu 1).

"Kita latih menembak ini berguna sekali untuk teman-teman. Karena kalau negara kita bahaya, anda-anda bisa membantu kami, kalian juga harus bisa mempertahankan NKRI," kata Kapten Alipudin, selaku Pasie Pengamanan dan Operasional di Kostrad Sanggabuana.

Setelah melakukan praktik menembak, para wartawan masih terus melanjutkan aktivitas, yaitu para wartawan diminta untuk melewati lumpur dengan cara merangkak, sebelum akhirnya bisa menikmati segarnya air sungai yang berada di Sanggabuana. Acara di Sanggabuana, ditutup dengan dilakukannya upacara lagi.

Selesai upacara, para wartawan diberikan sertifikat, sebagai tanda bahwa mereka sudah berhasil mengikuti jalannya pelatihan kedaruratan yang diadakan oleh TNI tersebut. Agus, selaku pelatih Kostrad Sanggabuana mengaku puas dan bangga atas apa yang telah dicapai oleh para wartawan dalam pelatihan tersebut.

"Saya merasa bangga, dan saya bilang para wartawan semuanya tidak mengecewakan, mereka tidak mengeluh pada pelatihan ini, itu yang membuat saya merasa kagum sekali," kata Alipudin.

Dua Anggota Santoso yang Tewas Warga Asing
Freddy Budiman semasa hidup saat di Lapas Nusakambangan

Begini Cara TNI Ungkap Testimoni Freddy Budiman

TNI telah membentuk tim investigasi mengusut informasi ini

img_title
VIVA.co.id
9 Agustus 2016