Alasan Jokowi Belum Juga Tetapkan Hari Santri Nasional
- ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma
VIVA.co.id - Ketua Umum PBNU, Said Aqil Siraj mengusulkan kepada pemerintah agar tanggal 22 Oktober diperingati sebagai Hari Santri. Alasannya, tanggal 22 Oktober 1945, adalah tonggak perjuangan santri melawan kolonialiasme.
"Tanggal 22 Oktober 1945 tersebut, Hasjim Asy'ari Pendiri NU sekaligus Kakek Gus Dur, langsung turun angkat senjata melawan penjajah" kata Said Aqil dalam pembukaan Munas Alum Ulama NU di Masjid Istiqlal, Jakarta, Minggu 14 Juni 2015.
Menurut Said Aqil, kolonialisme telah menyebabkan pendidikan Islam di nusantara menjadi terpojok. Seluruh sistem pendidikan, adat budaya, diganti menjadi sistem kolonial. Pada waktu itu, para ulama dan santri menolak seluruh bentuk kolonialisme dengan mengorbankan harta, jiwa dan raga.
Untuk menghormati segala bentuk perjuangan para santri dalam melawan kolonialisme, Said Aqil meminta agar Pemerintah segera menetapkan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri.
"Kami meminta kepada Presiden Jokowi agar pemerintah menetapkan Hari santri nasional setiap tanggal 22 Oktober," ujar Said.
Menanggapi hal itu, Presiden Jokowi yang juga hadir di acara tersebut menyebut alasan kenapa Pemerintah belum menetapkan Hari Santri. Menurut Jokowi, alasannya karena masih adanya perbedaan soal tanggal yang tepat di kalangan pesantren.
"Belum putus, karena usulan tanggal berbeda-beda, ada pesantren yang datang, Pak tanggal 1 Muharram saja," ujar Jokowi.
Jokowi pun meminta Menteri Agama untuk menyelesaikan persoalan tersebut dengan menggelar musyawarah di kalangan pesantren, agar Hari Santri bisa segera ditetapkan.
"Nanti sampaikan ke meja saya. Dengan Bismillah saya tandatangani," ucapnya.
Sebagaimana diketahui, warga NU menggelar Istigosah Akbar dan Pembukaan Munas Alim Ulama yang dipusatkan di Masjid Istiqlal, Minggu, 14 Juni 2015.
Acara ini turut dihadiri oleh Presiden Jokowi, dan Menteri Agama Lukman Hakim Saefuddin dan  kepala BNP2TKI Nusron Wahid, Menpan RB Yuddy Chrisnadi, Ketua Umum NU Said Aqil Siraj, dan tokoh-tokoh NU lainnya.