Mensos: Ijazah Palsu, Akibat Budaya Pragmatis
- VIVA.co.id/Ikhwan Yanuar
VIVA.co.id - Menteri Sosial, Khofifah Indar Parawansa, mengatakan maraknya penggunaan ijazah palsu di Indonesia karena pelakunya terpengaruh budaya pragmatisme, by pass dan ingin serba instan. Mereka menghindari proses belajar demi mengejar tujuan dengan cara instan misalnya cepat kaya, cepat sukses dan mendapat jabatan tertentu.
"Ini menjadi momentum, mengingatkan kita semua seluruh warga bangsa. Bahwa proses itu merupakan budaya penting yang tidak boleh diabaikan," kata Khofifah di acara wisuda atau haflah akhirrussanah dan milad ke-23 Yayasan Al-Insanul Kamil di Lontar, Surabaya, Sabtu, 6 Juni 2015.
Dia mengibaratkan, seorang atlet yang ingin meraih prestasi dengan cara menggunakan doping, selain tidak baik juga merugikan. Baik untuk diri sendiri dan orang lain.
"Jadi budaya proses itu tidak bisa diabaikan dan menjadi bagian paling penting," ujarnya.
Guna mengatasinya, semua elemen masyarakat harus ikut peduli. Terkait itu, bersama Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Khofifah telah melakukan koordinasi. Dia siap melaksanakan penertiban penyimpangan penggunaan ijazah palsu, termasuk di Kemensos.
"Saya telah meneruskan surat dari Kemenpan tersebut ke Orpek, organisasi dan kepegawaian. Karena Biro Kepegawaian Kemensos yang memegang database seluruh pegawai," kata Khofifah.
Khofifah menyambut baik langkah Kemenpan melakukan verifikasi atau penertiban ijazah.
"Saya rasa kita semua harus saling menjaga amanah karena semua awal yang kurang baik, hasilnya juga tidak baik," tuturnya.