Melongok Sisa-sisa Sumpah Palapa Gajah Mada di Trowulan
- VIVA.co,id / Dody Handoko
VIVA.co.id - Pembacaan sumpah ini dilakukan oleh mahapatih Kerajaan Majapahit bernama Gajah Mada. Sumpah Palapa dibacakan Patih Gajah Mada, saat upacara pengangkatannya sebagai Patih Amangkubhumi tahun 1258 saka, atau 1336 masehi.
Tempat sang maha patih Gajah Mada mengucapkan Sumpah Amukthi Palapa berada di Desa Nglinguk, Trowulan-Mojokerto. Masih satu lokasi dengan Pendopo Agung yang menjadi tempat pertemuan dan berkumpulnya pembesar Majapahit.
Tepatnya berada di belakang tempat berkumpul pembesar Majapahit ini. Tidak jauh dari perempatan jalan besar Trowulan. Saat dilakukan penelitian, dulu ditemukan banyak batu umpak (batu tumpuan) yang terbuat dari batu andesit. Batu umpak ini diperkirakan menjadi pondasi bangunan (pendopo) saat Kerajaan Majapahit masih berdiri.
Sebagian batu umpak dijadikan batu pondasi saat renovasi pembangunan Pendopo Agung. Di sebelah barat Pendopo Agung ada tonggak, atau tiang batu andesit. Warga sekitar menamakannya “cancangan gajah” (tiang untuk mengikat hewan gajah).
Moh. Yamin dalam bukunya Gajah Mada menuliskan tentang bunyi Sumpah Palapa, “Sebagai Patih Amangkubhumi Gajah Mada pantang meninggalkan puasa sampai daerah-daerah di nusantara berhasil dipersatukan. “
Ia baru melepaskan puasa, setelah berhasil mempersatukan daerah-daerah taklukan antara lain Gurun (Nusa Penida), Seran (Seram), Tanjung Pura (Kerajaan Tanjung Pura, Ketapang, Kalimantan Barat), Haru (Karo/Sumatera Utara), Pahang (Semenanjung Melayu), Dompo (Sumbawa), Bali, Sunda, Palembang, dan Tumasik (Singapura).
Sampai saat ini, bukti kebesaran Kerajaan Majapahit dengan maha patihnya Gajah Mada masih disaksikan di Kota Trowulan, Mojokerto. Situs-situs di Trowulan menyimpan hampir 80 persen kejayaan masa silam Kerajaan Majapahit.
Tidak jauh dari Desa Nglinguk tempat Pendopo Agung dan Rumah Panggung berada terdapat kekunoan bernama Candi Kedaton dan Sumur Upas. Kedua situs di Trowulan banyak sekali situs, konon Sumur Upas merupakan “jalan rahasia” menuju sebuah tempat yang sangat aman apabila raja mendapatkan kejaran musuh.
Henry Maclaine Pont, menemukan Kolam Segaran, sebuah situs waduk seluas 6,5 hektare yang diduga menjadi tempat menjamu tamu raja pada masa Majapahit. Selain penemuan ini, Maclaine Pont berhasil membuat sketsa rekonstruksi kota Majapahit di Trowulan dengan mengacu pada kitab Nagarakretagama karya Mpu Prapanca.
Kala itu, Maclaine Pont menggambarkan bentang kota Majapahit dalam bentuk jaringan jalan dan tembok keliling yang membentuk blok-blok empat persegi. Dalam kitab Nagarakretagama, nama Majapahit diganti Wilwatikta.
Di buku Tafsir Sejarah Nagarakretagama, Slamet Muljana menuliskan, Majapahit terletak di lembah Sungai Brantas di sebelah tenggara kota Majakerta, sebuah kota kecil di persimpangan Kali Mas dan Kali Porong. Ada pun keraton lama Majapahit terletak dekat Tarik di Trowulan. (asp)