Situs 'Radikal' Dikritik Soal Cover Both Side

Eko "Item" Maryadi
Sumber :
  • Antara/ Andika Wahyu

VIVA.co.id - Presiden Southeast Asia Press Alliance (SEAPA) Eko Maryadi mengkritisi pernyataan pemimpin redaksi Hidayatullah yang menyebut medianya adalah produk jurnalistik.

Menkominfo: Kami Tak Blokir Situs, Hanya Batasi Akses

Menurutnya, mengutip hadits Nabi atau ayat Al-Quran ke dalam tulisan berita tidak menjadikan tulisan itu sebagai produk jurnalistik. Alasannya adalah karena jurnalis tidak bisa mewawancarai Tuhan atau Nabi untuk konfirmasi.

"Saya berpendapat bahwa sebenarnya hadits Nabi atau ayat Al-Quran itu bukan produk jurnalistik. Karena kita tidak bisa wawancara Tuhan," kata Eko ketika ditemui di gedung Dewan Pers, Jakarta, Senin 4 Mei 2015.

Namun menurutnya, jika Hidayatullah mengambil suatu kisah di zaman Nabi dan kemudian memasukan kisah itu untuk memperkuat suatu tulisan berita, maka barulah itu boleh menjadi produk jurnalistik.

"Kalau menjelaskan satu konteks, misalnya ada kejadian di zaman Rasul terus dikutip maka itu bisa saja jadi produk jurnalistik. Karena pers adalah produk manusia. Kita tidak bisa mengadu keyakinan dengan peradaban manusia," terang mantan ketua Aliansi Jurnalis Independen itu.

Eko juga mengkritik media-media seperti Hidayatullah yang sebenarnya tidak pernah melakukan cover both side. "Hidayatullah jarang memuat wawancara dengan ulama-ulama Syiah atau Ahmadiyah. Ini kan soal keyakinan, bukan jurnalisme," ujar Eko.

Sebelumnya, pemimpin redaksi Hidayatullah Mahladi Murni menjelaskan bahwa medianya tetaplah produk jurnalistik karena menurutnya ia dan kawan-kawannya tetap mematuhi kode etik jurnalistik.

"Kalau ada narasumber kami yang mengkafirkan orang yang belum tentu kafir, maka kami kemudian wajib memberikan hak jawab kepada pihak-pihak yang dituduhkan. Ini namanya cover both side," ujar Mahladi.