Tiga Bulan, 11 Begal Tewas dan 9 Luka Berat
Kamis, 2 April 2015 - 03:20 WIB
Sumber :
- VIVA.co.id/Zahrul Darmawan
VIVA.co.id -
Aksi pembegalan masih terus terjadi di berbagai daerah Indonesia, meski pelaku begal yang dikeroyok dan dibakar massa terus meningkat. Kesulitan ekonomi dan sempitnya lapangan kerja tampaknya membuat banyak orang tetap nekat melakukan kejahatan begal, walau ancaman kematian akibat dikeroyok massa selalu di depan mata.
Indonesia Police Watch (IPW) mencatat, selama tiga bulan terakhir, yakni dari Januari hingga Maret 2015 ada 20 begal yang dikeroyok dan dibakar massa. Dari jumlah itu 11 begal tewas dan 9 luka berat.
"Sebagian besar begal yang tewas dan luka mengalami luka parah di bagian kepala," kata Ketua Presidium Ind Police Watch, Neta S Pane, dalam siaran pers yang diterima VIVA.co.id, Rabu 1 April 2015.
Neta menuturkan, Jawa Tengah menjadi daerah paling rawan aksi pengeroyokan begal yakni ada 5 kasus, yang 4 di antaranya terjadi di Sukoharjo. Sedangkan, Jawa Barat menduduki posisi kedua, dengan 4 kasus.
"Lampung dan Jakarta 2 kasus. Banten dan Sumsel 1 kasus," kata Neta.
Neta mengatakan, usia begal yang dikeroyok tergolong produktif. Usia 17 sampai 40 tahun ada 15 orang, usia di atas 40 tahun ada 3 orang, dan usia 15 tahun ada 2 orang.
"Para begal ini tergolong sadis. Sebagian besar korban mereka bacok dan tembak. Mungkin karena itu massa tak segan-segan mengeroyok begal sampai mati," imbuh dia.
Neta berpendapat, tindakan main hakim sendiri adalah wujud dari kekesalan masyarakat terhadap pelaku kriminal dan ketidakpuasan masyarakat terhadap proses hukum serta ketidakpercayaan pada aparat keamanan. Makin banyaknya aksi kejahatan tentu akan makin memicu aksi main hakim sendiri.
"Padahal aksi main hakim sendiri ini merupakan tindak kriminal dan pelanggaran hukum," lanjutnya.
Menurut Neta, polisi sebenarnya sudah bekerja keras memberantas begal. Bahkan begal yang ditembak polisi cukup banyak lebih banyak dari yang dikeroyok massa.
"Dalam tiga bulan terakhir IPW mencatat, ada 43 begal yang ditembak polisi. Sebanyak 14 di antaranya tewas dan 29 luka. Jakarta Barat menjadi kawasan yang paling banyak penembakan pada begal, yakni ada 18 orang. Urutan kedua Bekasi, ada 8 begal yang ditembak, 6 di antaranya tewas," ujarnya.
Meski aksi pengeroyokan massa banyak terjadi dan polisi makin agresif melakukan penembakan, tambah Neta, aksi pembegalan masih saja marak. Dalam seminggu terakhir misalnya, hampir setiap hari di berbagai daerah aksi pembegalan masih terjadi.
"Sepertinya para begal belum juga jera. Kesulitan ekonomi, apalagi setelah harga-harga kebutuhan tidak terkendali, menjadi salah satu faktor kejahatan jalanan kian marak. Agaknya pemerintahan Presiden Jokowi perlu mencermati fenomena ini," tutur Neta.
[/vivamore]
Baca Juga :
Begal Sadis di Cakung Diringkus Polisi
Baca Juga :
Pelajar Korban Pembegalan di Bekasi Tewas
Neta menuturkan, Jawa Tengah menjadi daerah paling rawan aksi pengeroyokan begal yakni ada 5 kasus, yang 4 di antaranya terjadi di Sukoharjo. Sedangkan, Jawa Barat menduduki posisi kedua, dengan 4 kasus.
"Lampung dan Jakarta 2 kasus. Banten dan Sumsel 1 kasus," kata Neta.
Neta mengatakan, usia begal yang dikeroyok tergolong produktif. Usia 17 sampai 40 tahun ada 15 orang, usia di atas 40 tahun ada 3 orang, dan usia 15 tahun ada 2 orang.
"Para begal ini tergolong sadis. Sebagian besar korban mereka bacok dan tembak. Mungkin karena itu massa tak segan-segan mengeroyok begal sampai mati," imbuh dia.
Neta berpendapat, tindakan main hakim sendiri adalah wujud dari kekesalan masyarakat terhadap pelaku kriminal dan ketidakpuasan masyarakat terhadap proses hukum serta ketidakpercayaan pada aparat keamanan. Makin banyaknya aksi kejahatan tentu akan makin memicu aksi main hakim sendiri.
"Padahal aksi main hakim sendiri ini merupakan tindak kriminal dan pelanggaran hukum," lanjutnya.
Menurut Neta, polisi sebenarnya sudah bekerja keras memberantas begal. Bahkan begal yang ditembak polisi cukup banyak lebih banyak dari yang dikeroyok massa.
"Dalam tiga bulan terakhir IPW mencatat, ada 43 begal yang ditembak polisi. Sebanyak 14 di antaranya tewas dan 29 luka. Jakarta Barat menjadi kawasan yang paling banyak penembakan pada begal, yakni ada 18 orang. Urutan kedua Bekasi, ada 8 begal yang ditembak, 6 di antaranya tewas," ujarnya.
Meski aksi pengeroyokan massa banyak terjadi dan polisi makin agresif melakukan penembakan, tambah Neta, aksi pembegalan masih saja marak. Dalam seminggu terakhir misalnya, hampir setiap hari di berbagai daerah aksi pembegalan masih terjadi.
"Sepertinya para begal belum juga jera. Kesulitan ekonomi, apalagi setelah harga-harga kebutuhan tidak terkendali, menjadi salah satu faktor kejahatan jalanan kian marak. Agaknya pemerintahan Presiden Jokowi perlu mencermati fenomena ini," tutur Neta.
Â
![vivamore="Baca Juga :"][/vivamore]
Baca Juga :
Tiga Pelaku Begal Motor di Matraman Dicokok Polisi
Dua lainnya masih dalam pengejaran.
VIVA.co.id
28 Februari 2016
Baca Juga :