Warga Makassar Akui Tergiur Umrah Gratis
- VIVAnews/Umi Kalsum
“Ibaratnya kalau kapal sudah berangkat, kita pantang pulang sebelum tujuan tercapai,” kata Andi, seorang warga Makassar, dijumpai di Kota Batu, Jawa Timur, Kamis, 19 Maret 2015.
Pria berusia sekitar 30 tahun itu enggan menyebutkan nama lengkapnya karena khawatir kerabat di kampungnya mengetahui kemalangan yang menimpanya dan sejumlah iparnya, peserta umrah gratis.
Sejak 14 Februari 2015, dia dan empat kerabat wanita ikut umrah gratis yang dijanjikan Pengstuningsih alias Ningsih dengan membayar sebesar Rp150 ribu per orang. Penawaran yang masuk lewat jaringan organisasi Gerakan Muda Perintis Kemerdekaan Republik Indonesia, organisasi yang banyak menaungi keluarga militer, membuat dia dan kerabatnya yakin untuk ikut program itu.
Setelah membayar pada koordinator setempat, Andi dan kerabatnya sempat melakukan sejumlah tradisi yang dilakukan warga setempat jika hendak pergi umrah. “Ada Yasinan dan selamatan, bahkan ada yang sampai menyembelih kambing,” katanya. Dia pun mantap pergi meninggalkan istrinya di rumah hingga kini.
Multi janji marketing
Namun, gelagat yang meragukan dirasakan saat berada di Surabaya dan pemberangkatan umrah terus diundur. Selama di Surabaya dan di Malang, dia tetap bersama Ningsih dan rombongan lain asal Lampung, Palembang, dan Temanggung. Sejak itu, umrah yang dijanjikan tak kunjung tiba.
Karyawan Agus malah sering meminta anggota rombongan untuk masuk menjadi karyawan dengan janji yang lebih heboh dari sekadar umrah gratis. Caranya dengan merekrut sebanyak mungkin orang untuk ikut umrah gratis, dan mendaftar menjadi karyawan dengan membayar Rp2,2 juta.
“Kami jadi seperti sapi perah, korban multi janji marketing. Kalau multilevel marketing kan ada barangnya. Kalau kami hanya janji tanpa ada barang,” kata Andi, kesal.
Dia sama sekali tak tertarik iming-iming yang dijanjikan Agus Santoso. Andi tak percaya dengan jalan pintas cepat kaya hanya membayar Rp2,2 juta dengan menjadi karyawan. Dia tetap percaya janji umrah gratis lantaran program serupa sudah lazim terjadi di tempatnya.
Kini, setelah pemberitaan korban umrah gratis gencar di berbagai media massa, Andi tetap memilih untuk menunggu janji Agus tentang umrah gratis. Dia mencari keberadaan Agus dan Ningsih.
“Janji terakhir tanggal 21 dan 22 besok ini akan ada kejelasan umrah dan pesangon untuk pulang. Saya tunggu itu saja. Kalau tidak terealisasi juga, saya ingin menuntut dia,” katanya, geram.
Andi dan ratusan warga lain menjadi korban penipuan umrah gratis yang dilakukan kelompok Agus Santoso, warga Lumajang, dan kawan-kawannya. Penipuan yang berjalan setidaknya sejak lima bulan terakhir itu terkuak setelah sejumlah warga Lampung melapor tentang orang hilang pada aparat kepolisian setempat. Mereka kawatir kerabatnya direkrut ISIS karena pamit pergi umrah, namun tak ada kabar jelas hingga kini. (one)