Asad Said Siap Jabat Kepala BIN
Kamis, 26 Februari 2015 - 14:28 WIB
Sumber :
- Antara/ Wahyu Putro
VIVA.co.id
- Mantan Wakil Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), Asad Said Ali, mengaku siap jika Presiden Joko Widodo memintanya menjabat kepala lembaga telik sandi negara itu. Namun dia mengatakan tak pernah meminta posisi itu.
Asad pun mengklarifikasi bahwa kedatangannya menemui Presiden di Istana Bogor, Jawa Barat, pada Kamis, 26 Februari 2015, untuk membahas seputar posisi Kepala BIN. Pertemuan itu, katanya, membicarakan soal rencana penyelenggaraan Muktamar Nahdlatul Ulama (NU) tahun ini. Kehadirannya pun bukan sebagai mantan Wakil Kepala BIN melainkan sebagai Wakil Ketua Pengurus Besar NU.
"Enggak lah (membahas BIN). Kita urus NU ini," kata Asad kepada wartawan sesuai menemui Presiden.
Asad tak menampik bahwa namanya santer disebut sebagai calon Kepala BIN. Dalam pertemuannya dengan Presiden pada kesempatan sebelumnya, Kepala Negara memang membicarakan soal BIN tapi bukan tentang posisi Kepala BIN. "Saya dipanggil, terus diajak mengobrol. Ya, sudah, begitu saja.”
Kalau kelak Presiden memintanya memimpin BIN, Asad secara tegas mengatakan bersedia. "Orang NU harus siap. Diminta Presiden, wajib hukumnya menjalankan. Kalau minta, ya, enggaklah. Kita enggak mau ganggu-ganggu Presiden," ujarnya.
Kepala BIN sekarang adalah Letnan Jenderal TNI (Purn) Marciano Norman. Ada tiga nama yang disebut bakal menggantikannya, yaitu Letnan Jenderal (Purn) Sjafrie Sjamsoeddin (mantan Wakil Menteri Pertahanan), Jenderal (Purn) Fachrul Razi (bekas Wakil Panglima TNI), dan Asad Said Ali.
Asad adalah satu-satunya kandidat dari kalangan sipil atau bukan militer. Sejauh ini baru Asad yang pernah dipanggil Presiden Jokowi ke Istana Merdeka atau Istana Bogor.
Menurut Undang-Undang Intelijen Negara, posisi Kepala BIN sangat strategis bagi Presiden. Kepala BIN memberikan masukan dan informasi akurat tentang ancaman yang bisa mengganggu pemerintahan. Kepala BIN mesti mahir berdiplomasi, mengelola, serta mengolah data untuk disajikan kepada Presiden sebelum mengambil keputusan. (ren)
Baca berita lain:
Asad tak menampik bahwa namanya santer disebut sebagai calon Kepala BIN. Dalam pertemuannya dengan Presiden pada kesempatan sebelumnya, Kepala Negara memang membicarakan soal BIN tapi bukan tentang posisi Kepala BIN. "Saya dipanggil, terus diajak mengobrol. Ya, sudah, begitu saja.”
Kalau kelak Presiden memintanya memimpin BIN, Asad secara tegas mengatakan bersedia. "Orang NU harus siap. Diminta Presiden, wajib hukumnya menjalankan. Kalau minta, ya, enggaklah. Kita enggak mau ganggu-ganggu Presiden," ujarnya.
Kepala BIN sekarang adalah Letnan Jenderal TNI (Purn) Marciano Norman. Ada tiga nama yang disebut bakal menggantikannya, yaitu Letnan Jenderal (Purn) Sjafrie Sjamsoeddin (mantan Wakil Menteri Pertahanan), Jenderal (Purn) Fachrul Razi (bekas Wakil Panglima TNI), dan Asad Said Ali.
Asad adalah satu-satunya kandidat dari kalangan sipil atau bukan militer. Sejauh ini baru Asad yang pernah dipanggil Presiden Jokowi ke Istana Merdeka atau Istana Bogor.
Menurut Undang-Undang Intelijen Negara, posisi Kepala BIN sangat strategis bagi Presiden. Kepala BIN memberikan masukan dan informasi akurat tentang ancaman yang bisa mengganggu pemerintahan. Kepala BIN mesti mahir berdiplomasi, mengelola, serta mengolah data untuk disajikan kepada Presiden sebelum mengambil keputusan. (ren)
Baca berita lain:
Baca Juga :
Pengamat: Publikasi Anggota BIN Ancam Jiwa Banyu Biru
BIN mesti cari pengunggah SK Banyu Biru ke media sosial
VIVA.co.id
31 Januari 2016
Baca Juga :