Warga Miskin: Batalkan Larangan Baju Bekas Impor
- ANTARA FOTO/Rosa Panggabean
VIVA.co.id - Konsumen baju bekas impor di Manado, Sulawesi Utara didominasi warga kurang mampu. Mereka berharap Menteri Perdagangan membatalkan aturan pelarangan penjualan baju bekas impor.
"Kami tahu ada bakteri. Tapi selama ini pengalaman kami, baju bekas yang dibeli langsung dicuci dengan detergen. Kalau memang ada bakteri, terbukti sampai hari ini kami tidak pernah kena penyakit. Saya hampir sepuluh tahun membeli baju cabo (cakar bongkar) istilah orang Manado," ujar Erna, pemburu baju bekas di salah satu toko di Kelurahan Komo Luar, Manado, Minggu, 8 Februari 2015.
Erna menambahkan jika aturan pelarangan penjualan baju bekas sudah diberlakukan, maka mereka yang tidak mampu bingung mau beli baju di mana lagi.
"Kasihan torang (kami) orang susah, tempat beli baju kami hanya di toko baju bekas. Kami berharap menteri membatalkan aturan itu," katanya.
Pantauan VIVA.co.id di lokasi penjualan baju bekas di Kompleks Pasar Bersehati Manado, terlihat warga masih ramai berburu. Di lokasi itu pembelinya mayoritas berasal dari pulau-pulau kecil tak jauh dari pusat kota Manado seperti Pulau Bunaken, Pulau Manado Tua, Pulau Mantehage, Pulau Naen dan Likupang.
"Ya, mayoritas pembeli baju bekas di sini warga kepulauan yang kurang mampu," ujar Benny, penjaga toko baju bekas di Pasar Bersehati.
Semenatara itu, Sekretaris Disperindag Sulawesi Utara, Darwin Muksin mengatakan meski aturan dari kementerian belum turun, sebaiknya masyarakat mewaspadai pembelian baju bekas yang berakibat kena penyakit.
"Pakaian bekas jangan dilihat mereknya dari luar negeri, tapi paling penting kesehatan. Kami memang kesulitan untuk menutup toko-toko penjualan baju bekas karena belum mengantongi surat dari Kementerian. Sejauh ini yang dilakukan hanya sekedar imbauan saja," katanya.
Laporan: Agustinus Hari (Manado)
Baca juga:
Jalur Penyelundupan Pakaian Bekas Impor
Barang bekas diselundupkan melalui pelabuhan 'tikus'.
