Penambangan Brutal Hasilkan 300 Kg Merkuri per Hari

Tambang Emas Bombana
Sumber :
  • ANTARA/Zabur Karuru
VIVAcoid
Bekas Galian Tambang Jadi 'Penjemput Nyawa' Anak-anak
- Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedalda) Provinsi Maluku merilis temuan mengejutkan dari aktivitas penambangan ilegal di kawasan Gunung Botak, Kabupaten Buru, Provinsi Maluku yang sudah masuk level berbahaya.

Tambang Ilegal di Tanah Keraton, Sultan Marah

Sebab, dalam sehari eksplorasi emas ilegal di Gunung Botak menghasilkan 300 kilogram merkuri yang merupakan unsur kimia sangat beracun.
Pekerja Terjebak, Operasi Tambang Emas Halmahera Dihentikan


Kepala Bapedalda Provinsi Maluku Vera Tomosos mengungkapkan, satu tromol dengan standar operasi 4 jam kerja membutuhkan 0,2 kg merkuri per jam.

"Terdapat 404 unit tromol yang beroperasi saat ini, sehingga dalam sehari saja pemakaian 300 kg merkuri,” kata Tomasoa di Ambon, Kamis 15 Januari 2015.


Menurut Tomasoa, senyawa merkuri dapat memasuki tubuh manusia melalui pernapasan dengan kadar penyerapan 80 persen.


Uap dari merkuri dapat menembus membran paru-paru dan apabila terserap di tubuh. Senyawa merkuri akan terikat dengan protein sulfurhidril (sistein dan glutamine). Belum lagi dalam darah manusia, 90 persen metal merkuri bisa dijumpai pada rambut.


"Itulah konsekuensi dari sebuah pertambangan rakyat yang dikelola secara brutal tanpa memperhatikan efek negatif dari kegiatan yang dinilai sangat menggiurkan namun berbahaya," tutur Tomasoa.


Merkuri, kata Tomasoa, sering dimanfaatkan untuk thermometer, barometer, thermostat, obat-obatan, dan insektisida. Merkuri juga bisa membentuk logam paduan, di mana emas dan perak bisa larut dengan merkuri, sehingga dipakai untuk mengikat emas.


“Kami di provinsi hanya bisa memberikan rekomendasi. Namun, di tingkat pemerintah kabupaten yang memiliki andil besar dalam hal ini,” kata dia.


Sebagaimana diketahui, sudah berulang kali pemerintah provinsi menginstruksikan kepada Pemerintah Kabupaten Buru untuk segera menutup segala aktivitas di penambangan tersebut. Hanya saja, penutupan berlangsung beberapa hari, ketika pemerintah lengah, para penambang kembali menambang. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya