Ahli Waris Raden Saleh Hidup sebagai Tukang Permak Pakaian

Hartatik ahli waris Raden Saleh sedang menjahit ditemani Rustriningsih
Sumber :
  • VIVAnews/Puspita

VIVAnews - Raden Saleh Syarif Bustaman, pelukis tersohor di Eropa, sudah resmi ditetapkan sebagai pahlawan nasional. Namun, hingga kini anugerah tersebut belum sampai ke tangan ahli warisnya yang masih tinggal di Semarang.

Aktivitas Vulkanik Gunung Slamet Meningkat Potensi Bahaya, BPBD Imbau Masyarakat Tenang

Kemungkinan besar karena pemerintah kota tak tahu jika ada ahli waris satu-satunya di Semarang, yang kini sudah berusia 68 tahun.

Adalah Rr Hartati yang masih memiliki talian darah dengan Raden Saleh. Ia adalah anak Raden Moch Ahmad yang masih satu kakek dengan Raden Saleh, RM Ng Kertabasa Bustam. Ia adalah generasi ketujuh dari RM Ng Kertabasa Bustam.

RM Ngabehi Kertabasa Bustam sendiri sebenarnya memiliki sembilan anak. Salah satu anaknya bernama Raden Syarif Husain yang memperistri Syarifah Husain.

Dari Raden Syarif Husain ini lah lahir sosok Raden Saleh Syarif Bustaman (1811-1880), sosok pelukis yang namanya tersohor di Eropa, sejajar dengan Van Gogh dan Rembrand. Anak yang lain adalah Raden Ngabehi Surodirjo yang setelah tiga generasi menurunkan Raden Moch Ahmad, ayah dari Raden Roro Hartati.

Keluarga ningrat itu kemudian menurunkan beberapa keturunan, satu di antaranya kemudian menurunkan Rr Hartati. Jadi, pertalian darah sang pelukis tersohor dan sang tukang permak pakaian ada pada Raden Mas Ngabehi Kertabasa Bustam.

Cerita itu terungkap ketika Wakil Gubernur Jawa Tengah, Rustriningsih berkunjung ke rumah Rr Hartati di kampung Kepatihan 135 Semarang. Di perumahan dengan gang sempit itu, Hartati mengeluarkan tumpukan kertas berisi daftar silsilah keluarga dan surat-menyurat dengan cucu Raden Saleh yang ada di Jerman.

"Saya sudah diberitahu bahwa Raden Saleh Syarif Bustaman itu masih memiliki ikatan saudara dengan saya. Saya juga mendapat surat berisi foto dari Dr Georg Hans Hundeshagen yang menanyakan apakah benar saya adalah keturunan dari Kanjeng Kyai Kertabasa Bustam?" kata Rr Hartati.

Penjelasan Hartati ini linear dengan penelitian sejarahwan kota Semarang Djawahir Muhammad. Menurut Djawahir, Raden Saleh saat berkunjung ke Eropa ia mengajak serta istri dan keponakannya.

Jateng Selatan Diprediksi Hujan Lebat Hari Ini dan Besok, BMKG Peringatkan Ini

Karena tak memiliki keturunan, ia mengizinkan keponakannya itu menikah dengan seorang Belanda. Dari pernikahan keponakannya itu, kemudian sampai lah kepada garis Hans Hundeshagen tersebut.

"Jadi, beliau Raden Saleh sendiri memang tak memiliki keturunan satu pun. Hans ini merupakan keturunan dari keponakan Raden Saleh. Ia mencari Bu Hartati, karena beliau adalah keturunan Kyai Kertabasa Bustam yang berada di Semarang," kata Djawahir di Semarang, Sabtu 20 April 2013.

Seakan ingin menegaskan pernyataan Jawahir, Hartati kemudian menjelaskan bahwa saat ini ia memang bukan satu-satunya orang yang masih hidup dan memiliki pertalian darah dengan Raden Saleh. Namun, ia hanya sendirian yang tinggal di kota Semarang.

"Saya itu anak tunggal dan tidak memiliki keturunan. Karena Raden Saleh dilahirkan di Semarang, wajar kalau keturunan tak langsung seperti Hans ini kemudian mencari keturunan Mbah Bustam yang ada di Semarang," kata Hartati.

Rustriningsih merespons cerita itu. Menurut dia, perdebatan tentang nasionalisme Raden Saleh sudah selesai, di mana beberapa karyanya menunjukkan karakter perlawanan terhadap penjajahan.

"Luar biasa sekali Bu Hartati ini. Bersamaan dengan Hari Kartini, saya sangat bahagia bisa berkenalan dengan Bu Tati. Satu-satunya ahli waris yang memiliki pertalian darah dengan pahlawan nasional kita, Raden Saleh. Namun, Bu Tati tetap bersikap mandiri, produktif, dan tak pernah mengeluh," kata Rustriningsih.

Menurut Rustriningsih, penganugerahan Pahlawan Nasional kepada Raden Saleh oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sendiri dua tahun lalu sudah merupakan langkah yang tepat. Rustriningsih kemudian bertanya mengenai penganugerahan tersebut.

Hartati menegaskan bahwa ia memang mengetahui adanya penganugerahan tersebut. Tapi, sejauh ini tidak pernah ada orang Pemerintah Kota Semarang yang melakukan konfirmasi kepada dirinya.

"Sekarang penghargaan dari Pak Presiden itu kabarnya disimpan oleh Pak Wali Kota lama (Soemarmo) sebelum ia ditahan di Cipinang oleh KPK. Setelah itu kabarnya disimpan Pak Kasturi, salah satu staf Dinas Pariwisata. Dan hingga hari ini belum diberikan kepada Bu Hartati selaku ahli waris dari Raden Saleh," kata Djawahir.

Di akhir pertemuan, Rustriningsih mengaku akan mengecek keberadaan dokumen penghargaan dan semua yang berkaitan dengan hal itu. Menurut dia, penghargaan bukan saja kepada Raden Saleh, namun kepada perempuan mandiri dan produktif di usia senja juga layak diberikan.

"Bayangkan saja, sekarang Bu Tati hidup dari mempermak pakaian. Tarifnya antara Rp2.000-5.000 saja. Itu pun belum tentu sehari dapat satu," kata Rustriningsih usai menyerahkan penghargaan khusus kepada Hartati. (art)

Shin Tae-yong Bicara Peluang Timnas Indonesia Lolos Langsung ke Piala Dunia 2026, Duel Ini sangat Menentukan
Pengunjung GJAW 2024

100 Ribu Orang Berkunjung ke GJAW 2024, Gaikindo: Tahun Ini Lebih Baik

Memasuki hari akhir dari penyelenggaraan Pameran otomotif Gaikindo Jakarta Auto Week (GJAW 2024), tercatat mengalami kenaikan dalam angka pengunjung.

img_title
VIVA.co.id
1 Desember 2024