Tiga Permintaan Kartosoewirjo yang Tak Terkabul
- Fadli Zon Library
VIVAnews - Buku kumpulan foto detik-detik eksekusi Imam Darul Islam/ Tentara Islam Indonesia (DI/ TII), Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo, diluncurkan. Buku berisi 81 foto itu menggambarkan perjalanan Kartosoewirjo menuju tiang penembakan di Pulau Ubi, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta.
Sardjono Kartosoewirjo, anak ke-12 Kartosoewirjo, mengatakan, bapaknya mengajukan sejumlah permintaan terakhir kepada pemerintah sebelum eksekusi 12 September 1962 itu. "Sama seperti yang tertulis di dalam berita acara itu, ada empat permintaan Bapak," ujar Sardjono saat berbincang dengan VIVAnews, Kamis 6 September 2012.
Pertama, Kartosoewirjo meminta dipertemukan dengan keluarganya, untuk terakhir kalinya sebelum dieksekusi. Permintaan itu dikabulkan. "Karena itu standar umum hukum kita ini, jadi diperbolehkan," ujar Sardjono.
Namun, pemerintah tidak mengabulkan tiga permintaan Kartosoewirjo lainnya. Permintaan itu adalah keinginannya untuk bertemu dengan perwira terdekatnya di TII. Permintaan itu ditolak karena dinilai ada sangkut pautnya dengan masalah politik.
Permintaan ketiga yang juga ditolak adalah agar eksekusinya disaksikan oleh wakil dari keluarganya. "Ini juga tidak bisa," kata Sardjono.
Sementara itu, permintaan terakhir Kartosoewirjo yang tidak dikabulkan adalah keinginan agar jenazahnya dikembalikan ke pihak keluarga. "Pemerintah tidak menganut prosedur seperti itu. Kalau dieksekusi mati itu dianggap hilang. Termasuk kuburnya," katanya.
Dan memang benar, satu dari empat permintaan Kartosoewirjo itu benar-benar dikabulkan. Teman Soekarno saat menimba ilmu di Surabaya ini dipertemukan dengan keluarganya di sebuah ruangan yang dijaga ketat aparat.
Foto-foto yang terdapat di dalam buku karya Fadli Zon menunjukkan Kartosoewirjo duduk berjajar dengan istri, lalu tiga putrinya, Kartika, Komalasari dan Danti. Di belakangnya berdiri dua putra mereka, Tahmid Basuki Rahmat, dan Dodo Mohammad Darda.
"Saya tidak ikut, masih usia kecil. Terlalu dianggap terlalu kecil untuk menerima hal-hal seperti itu. Waktu itu saya ditinggal di Bandung, di wisma perwira TNI," tuturnya.
Sardjono pun tak ikut menikmati makan siang terakhir dengan Bapaknya itu. Dia hanya tahu suasana terakhir itu dari ibu dan saudara-saudaranya yang turut serta. "Soal pertemuan terakhir, perpisahan dengan Bapak, saya hanya mendapat cerita saja," katanya. (umi)