Tumor di Tenggorokan Tutik Dikira Amandel
VIVAnews - Wajah Tutik, warga Dusun Karangwinangung, Desa Tuwiri Wetan, Kecamatan Merakurak, Kabupaten Tuban, Jawa Timur, terlihat pucat. Setiap saat, ia merasakan sakit pada tenggorokannya, apalagi saat bicara dan menelan. Gara-gara tumor yang bersarang di sana.
Sudah tiga tahun, perempuan 66 tahun itu tak bisa beraktifitas, hanya duduk-duduk di rumahnya yang terbuat dari anyaman bambu atau gebyok. Tubuhnya yang kurus tak mampu mengerjakan apapun, apalagi melakoni profesinya dulu sebagai buruh tani.
Sesekali, Tutik mencoba berjalan, meski sulit. Rasa sakit pada pangkal lehernya sangat menyiksa, hingga menekan rongga dada. Ia bahkan tak bisa berdiri tegak, selalu menunduk.
"Setiap hari rasanya sakit sekali tenggorokan saya ini," kata dia, dengan nada tidak jelas. Tumor pada tenggerokannya itu membuat suaranya mengecil.
Sebelum divonis menderita tumor, Tuti merasa ada benjolan kecil pada tenggorokan itu. Lambat laun, benjolan itu makin besar dan membuatnya khawatir. Meski suaranya tak terpengaruh kala itu, masih jelas bicara.
Dengan dada berdebar karena takut, ia memeriksakan diri ke Puskesmas Merakurak. Oleh salah satu petugas kesehatan di puskesmas itu, ia dinyatakan menderita penyakit tonsillitis atau penyakit amandel.
Selang beberapa bulan kemudian, daging tumbuh yang dikira amandel itu kian besar. Ia lalu berobat ke RSUD Dr. R. Koesma Tuban.
Dengan keterbatas biaya, pihak RSUD menyarankan untuk berobat ke salah satu rumah sakit di Surabaya melalu Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda). Karena menurut RSUD, Turik menderita tumor.
"Tapi di Surabaya itu prosesnya sulit. Kami harus menunggu tiga bulan untuk berobat. Karena tidak ada biaya kami terpaksa pulang saja, karena biaya hidup di sana mahal," kata suami Tutik, Kasimin.
Saat ini, Kasimin yang buruh tani hanya bisa berharap ada bantuan untuk meringankan penderitaan istrinya. (adi)