Jalur Patahan Aktif RI Rawan Gempa Besar
- Dok. Danny Hilman LIPI
VIVAnews - Gempa bumi April lalu di lepas pantai Aceh diprediksi menambah beban pada patahan-patahan aktif yang tersebar di seluruh Indonesia. Jika terjadi gempa lagi di berbagai patahan di Indonesia, maka berpeluang besar muncul gelombang maut tsunami.
Pakar Gempa dari Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, Danny Hilman Natawidjaja, menyajikan sebuah jalur peta patahan di seluruh Indonesia, yang diklasifikasikan sebagai seismic gap. Seismic gap adalah zona patahan yang diketahui keaktifannya tapi sudah lama tidak terjadi gempa di tempat tersebut. Ada kemungkinan, patahan tersebut sudah mengakumulasi energi gempa yang besar.
"Ancaman dari Patahan No. 1,2,3 ini menjadi bertambah tinggi setelah gempa besar yang terjadi di Lempeng Lautan Hindia tgl 11 April kemarin, karena gempa ini, dari analisis data GPS-Jaringan SuGAr LIPI-EOS, memberikan dampak menambah beban ke No. 1, 2, 3. Terlihat bahwa ketika gempa terjadi Segmen No. 1 tertekan sampai puluhan centimeter ke arah Timur," kata Danny melalui pernyataannya.
Danny mengatakan bahwa patahan No. 1,2 dan 3 yang terletak di zona megathrust Sumatra-Selat Sunda inilah yang harus mendapatkan perhatian utama. Megathrust No. 2 yang terletak di perairan Mentawai adalah yang paling detail diteliti sehingga paling banyak datanya.
Di sekitar wilayah ini sering terjadi gempa, sehingga menambah beban. "Dengan berbagai gempa-gempa besar yang bertubi-tubi terjadi disekitarnya akan membuat No.2 makin dekat ke 'waktu ledak'nya karena "stress" pada zona patahan ini akan makin tinggi," jelasnya.
Sedangkan untuk patahan No. 1, segmen Simelue, setelah terjadi rentetan gempa mulai tahun 2004, wilayah ini menyimpan energi gempa besar. Diperkirakan, gempa yang bisa terjadi di wilayah ini berkekuatan 8 skala richter.
Patahan No.3, yaitu Megathrust Selat Sunda-Selatan Jawa selama ratusan tahun tidak pernah terjadi gempa. Walaupun data untuk wilayah ini masih sedikit, namun peneliti memperkirakan lempeng ini dapat menyebabkan gempa hingga 9 skala richter.
"Walaupun bahayanya belum terdefinisi dengan baik tapi sangat penting untuk diwaspadai mengingat wilayah ini amat sangat vital, khususnya DKI Jakarta, dari sudut populasi, investasi, dan bank informasi serta infrastruktur-infrastruktur negara yang sangat vital," jelasnya.
Untuk No. 4, 5, 7, 9 yang terbentang dari tengah hingga timur Indonesia paling tidak banyak datanya. Namun patut diwaspadai karena dari data seismisitas dan catatan sejarah, kita tahu zona patahan ini sangat aktif dan dapat membangkitkan gempa berkekuatan lebih dari 8 SR.
"Segmen-segmen ini sudah lama 'bertapa' alias tidak ada catatan kejadian gempa besar selama sejarah (ratusan tahun-sampai 1600-an Masehi)," kata Danny. (ren)