Juru Kunci Merapi Tak Mau Dipanggil 'Mbah'
- VIVAnews/ Erick Tanjung
VIVAnews - Erupsi Merapi 2010 membawa duka mendalam karena jatuhnya ratusan korban jiwa akibat hembusan awan panas alias wedhus gembel, termasuk juru kunci gunung tersebut, Mbah Maridjan. Namun, kini Keraton Yogyakarta memiliki juru kunci baru. Siapa dia?
Adalah Mas Bekel Anom Suraksosihono atau Asih. Anak ketiga Mbah Maridjan ini dilantik sebagai Pangirit (Kepala) Abdi Dalem Juru Kunci Gunung Merapi Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat, Senin 4 April 2011. Pria kelahiran Sleman 7 Agustus 1966 ini pun mendapat gelar baru, Mas Lurah Suraksosihono.
Sehari-hari, Asih bekerja sebagai karyawan administrasi Fakultas MIPA Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta. "Tapi kalau ada piket saya kerja sampai Minggu," kata dia saat ditemui VIVAnews.com di kediamannya, Selasa 5 April 2011.
Asih menikah dengan Mursyani (40) yang juga merupakan Abdi Dalem Juru Kunci Merapi Perempuan. Keseharian Mursyani pun bergelut di dunia kampus sebagai karyawan di Institut Pertanian (Instiper) Yogyakarta.
Dari hasil pernikahan dengan Mursyani, Asih dikarunia dua putri, Fadila Rosi Sejati (14) dan Fadila Nurma Utami. Yang terakhir ini baru duduk di bangku kelas 1 SD Islam Terpadu Baitusalam Cangkringan, Sleman.
Juru Kunci Merapi
Sebagai juru kunci Merapi yang baru, Asih menegaskan tak mau dipanggil 'Mbah,' julukan yang identik dengan penjaga gunung seperti ayahnya dulu, Mbah Maridjan. "Cukup Asih saja," kata dia dengan memberi alasan dia masih muda untuk dipanggil 'Mbah.'
Asih pun mengatakan tak ada arti khusus dari nama pemberian Mbah Maridjan itu.
Sebagai penanggung jawab Gunung Merapi, Asih kini punya tugas baru, naik ke Dusun Kinahrejo, dekat puncak Merapi, setiap Sabtu dan Minggu. "Setiap Sabtu-Minggu kan libur, saya naik ke atas. Dan kalau kangen saya mesti naik."
Tapi, dia merasa senang dan berterima kasih pada Keraton karena dipercaya menggantikan posisi ayahnya untuk menjalankan amanah sebagai juru kunci Gunung Merapi. "Saya merasa bangga."
Semula, Asih tidak menyangka panitia akan memilihnya karena dia masih tergolong muda. Asih tidak menutup kemungkinan pemilihan dirinya sebagai juru kunci karena dia anak Mbah Maridjan. Namun, Asih menegaskan ia sudah punya pengalaman menggelar dua kali upacara Labuhan di Merapi pada 2009 dan 2010. Saat itu, dia harus menggantikan ayahnya yang tengah sakit.
Dalam menjalankan tugas barunya, Asih harus memegang satu komitmen yang disampaikan GBPH Joyokusumo. "Beliau mewanti-wanti juru kunci bahwa upacara adat jangan jadi wahana komersialisasi."
Sebab tiga tahun terakhir sebelum mangkat, kata dia, Mbah Maridjan sempat mendapat teguran dari keraton karena menjadi bintang iklan sebuah produk jamu. Asih pun menyatakan siap mengemban tugasnya.
Laporan: Erick Tanjung | DIY, umi
