Tingkat Hunian Hotel di Yogyakarta Kritis
- ANTARA/Wahyu Putro A
VIVAnews - Abu vulkanik tak hanya menutupi daerah-daerah di sekitar Gunung Merapi, tapi juga mempengaruhi jalur rezeki para pengusaha hotel di sekitar Yogyakarta.
Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) menyatakan tingkat hunian hotel di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta selama sekitar dua pekan terakhir, sejak Merapi meletus pertama kali, pada 26 Oktober lalu hingga saat ini, terus mengalami penurunan.
Bahkan, penurunan yang terjadi hingga 80 persen dari jumlah kamar yang ada. “Saat ini tingkat hunian hotel baik kelas bintang maupun melati di Yogyakarta mengalami penurunan drastis. Jumlah kamar yang laku terjual hanya 20 persen dari kamar yang ada,” kata Yati Sukamdani, Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), di Yogyakarta, 20 November 2010.
Padahal, kata Yati, saat terjadi erupsi Merapi pertama yaitu pada tanggal 26 Oktober 2010, tingkat hunian hotel di Yogyakarta itu sedang tinggi-tingginya. Bahkan pada tanggal 28 Oktober 2010 tingkat hunian hotel di Yogya baik kelas bintang maupun melati sempat mencapai 90 persen.
“Saya tidak tahu kenapa dua hari paska erupsi, tingkat hunian hotel di Yogyakarta sangat tinggi, namun paska erupsi terbesar kedua yaitu pada tanggal 5 November tingkat hunian menurunan drastis hingga hanya 20 persen,” ujarnya.
Jika kondisi tingkat hunian yang sangat kritis itu terus berlangsung, kata dia, dikhawatirkan hotel akan tutup dan terjadi gelombang PHK karyawan hotel. “Oleh karenanya itu DPP PHRI berusaha sekuat mungkin mengembalikan citra bahwa Yogyakarta tetap aman meski ada bencana merapi,” kata dia.
Sementara itu, Ketua Keluarga Public Relations (Kapurel) Yogyakarta, Deddy Pranowo Eryono menyatakan bahwa untuk menggairahkan kembali pariwisata Yogyakarta, yang sangat penting dilakukan adalan dibukanya kembali Bandara Adisucipto Yogyakarta, sebab selama ini banyak wisatawan asing maupun domestik yang datang ke Yogyakarta melalui bandara.
“Saat bandara dibuka kembali, berarti kondisi Yogyakarta sudah sangat aman karena pesawatpun sudah berani mendarat di Yogyakarta. Ini sinyal baik bagi wisatawan lain untuk berani berkunjung ke Yogyakarta,” kata Deddy.
Promosi besar-besaran terhadap kondisi obyek-obyek wisata Yogyakarta yang sudah aman di kunjungi juga perlu dilakukan. “Tak semua orang tahu bahwa yang tak aman adalah obyek wisata yang masuk zona rawan merapi. Sedangkan obyek wisata seperti Candi Prambanan, Candi Boko, Malioboro, Keraton Yogyakarta dan Taman Sari tetap aman karena tak masuk dalam zona rawan Merapi.”
Christian Awuy, Ketua Perhimpunan Hotel di Kawasan Kaliurang, Kabupaten Sleman mengatakan, sejak Merapi berstatus awas, praktis semua hotel di kawasan kaliurang dan sekitarnya tutup. Ada sekitar 280 wisma dan penginapan dengan 3.000 kamar yang tutup di Kaliurang, sejak erupsi kedua.
Kini Kaliurang juga masih masuk dalam kawasan rawan bencana Merapi karena masuk dalam radius 20 kilometer dari pusat kawah. “Yang jelas kita merugi karena hotel tutup. Kerugian bervariasi tergantung dari kelas hotelnya dan jumlah kamarnya," katanya.
Kini para pemilik hotel di Kaliurang cuma bisa berharap aktivitas Merapi segera berakhir. ”Setelah kondisi merapi aman, pelaku wisata di Kaliurang akan mempersiapkan berbagai program dan promosi agar proses recovery ini cepat selesai,” katanya
Laporan: Juna Sanbawa | Yogyakarta