BMKG Pastikan Gempa Myanmar Tak Berdampak ke Indonesia

Sebuah gedung tinggi runtuh di Chatuchak, Bangkok, imbas gempa Myanmar
Sumber :
  • PTV

Jakarta, VIVA – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memastikan bahwa gempa bumi berkekuatan 7,7 magnitudo di wilayah Mandalay, Myanmar, tidak berdampak pada wilayah Indonesia.

Indonesia Kirim 12 Ton Logistik untuk Korban Gempa di Myanmar

Gempa yang bersumber di Myanmar pada Jumat siang waktu setempat itu getarannya dirasakan kuat dan menyebabkan kerusakan bangunan hingga ke Kota Bangkok, Thailand.

Direktur Gempa bumi dan Tsunami BMKG, Daryono di Jakarta, mengatakan bahwa dari sistem monitoring nasional gempa terjadi pada pukul 13.20 WIB dengan episenter di koordinat 21,76° LU dan 95,83° BT, serta kedalaman 10 kilometer. Berdasarkan analisis BMKG, gempa ini tergolong dangkal dan dipicu aktivitas Sesar Besar Sagaing dengan mekanisme pergerakan mendatar (strike-slip).

BMKG Prediksi Hujan Turun di Wilayah Ini pada Hari Lebaran Pertama dan Kedua

Sebuah gedung tinggi runtuh di Chatuchak, Bangkok, imbas gempa Myanmar

Photo :
  • Ist

Dampak gempa dirasakan kuat di Kota Mandalay, Myanmar, serta beberapa wilayah di Thailand. Laporan awal dari otoritas Bangkok menyebutkan bahwa 43 orang mengalami luka-luka, sementara satu orang meninggal akibat bangunan gedung yang roboh.

Panglima TNI Siapkan Pasukan dan Alutsista untuk Misi Kemanusiaan di Myanmar

BMKG mencatat hingga pukul 15.28 WIB, ada tiga gempa susulan dengan magnitudo terbesar 6,6 dan terkecil 4,6. Namun, BMKG memastikan bahwa gempa ini tidak berpotensi tsunami dan tidak menimbulkan dampak di Indonesia.

"Gempa bumi Myanmar Mw 7,7 ini juga tidak mempengaruhi kegempaan di wilayah Indonesia," kata dia.

Sebagaimana informasi dari grup diskusi jurnalis gempa bumi BMKG, Pemerintah Indonesia melalui KBRI di Bangkok terus berkoordinasi memastikan keselamatan warga negara Indonesia di wilayah terdampak.

Untuk itu, BMKG mengimbau masyarakat tetap tenang dan tidak mudah terpengaruh oleh informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Daryono berpendapat bahwa fenomena efek vibrasi periode panjang (Long Vibration Period) yang membuat Kota Bangkok meskipun jaraknya jauh dari pusat gempa berada di Myanmar, tapi merasakan dampak kerusakan signifikan.

Menurutnya gelombang gempa yang sumbernya jauh akan direspons oleh tanah lunak, dimana endapan sedimen tanah lunak tebal di Bangkok dapat merespons gempa dari jauh hingga membentuk resonansi yang mengancam gedung-gedung tinggi.

Contoh serupa pada 1985, terjadi gempa dahsyat di subduksi Cocos 8,1 magnitudo di pantai Michoacan. Meski jarak pusat gempa ke Kota Meksiko sejauh 350 kilometer, kerusakan hebat terjadi di Kota Meksiko.

"Sebagian besar dari 9.500 korban meninggal terjadi di Meksiko yang dibangun dari rawa yang direklamasi," ujarnya. (Ant)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya