OPM Bunuh Guru di Yahukimo Papua, Pakar: Ini Terorisme, Melanggar HAM!

Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua.
Sumber :
  • Puspen TNI

Jakarta, VIVA - Organisasi Papua Merdeka (OPM) kembali berulah dengan menebar teror keji. Kali ini, kelompok teroris itu secara keji membunuh 6 orang guru dan tenaga kesehatan di Distrik Anggruk, Yahukimo, Papua Pegunungan.

Aksi Keji KKB Papua Tewaskan Guru di Yahukimo, Puan: Tindakan Tak Manusiawi!

Pakar yang juga Co-Founder Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi menyoroti aksi keji OPM. Sebab, selain membunuh enam guru dan nakes, OPM itu membakar empat sekolah oleh kelompok bersenjata OPM di Yahukimo.

Menurut Fahmi, kelakuan brutal OPM  mengganggu masa depan Papua. Dia menyebut bukan sekadar soal nyawa yang hilang tapi penghancuran harapan. 

OPM Bakar Hidup-hidup Guru dan Nakes, Anak Mau Jual Ginjal Biar Ibu Bebas dari Penjara

Kata dia, ulah OPM itu juga menyerang hak asasi manusia dan kehadiran negara di sektor paling mendasar yaitu pendidikan. Fahmi juga heran dengan tudingan OPM yang menyasar korban sebagai mata-mata.

“Ini pola lama yang terus diulang—tuduhan yang digunakan untuk membenarkan kekerasan, menebar ketakutan. Dan, memperkuat posisi mereka di tengah masyarakat yang sudah lama dilanda krisis kepercayaan,” kata Fahmi, dalam keterangannya, Minggu, 23 Maret 2025.

Bupati Bantah OPM: Guru di Yahukimo Bukan Mata-mata TNI

OPM merilis video pilot Susi Air Philip Mark Mehrtens

Photo :
  • Ist

Dia bilang tak ada pembenaran apa pun untuk membunuh warga sipil. Apalagi mereka yang bekerja di garis depan kemanusiaan seperti nakes. 

"Tuduhan sepihak tak bisa dijadikan dasar untuk menghilangkan nyawa. Ini bukan perjuangan—ini terorisme,” lanjutnya.

Fahmi menilai saat ini pandangan terhadap konflik Papua sering kali kurang proporsional.

Menurut dia, negara sering dianggap sebagai pelaku utama kekerasan. Sementara tindakan brutal pihak OPM dicap sebagai ekspresi perlawanan.

“Padahal bagaimanapun, kekerasan terhadap warga sipil tetaplah pelanggaran HAM. Siapa pun pelakunya—baik negara maupun aktor bersenjata non-negara,” ujarnya.

Ia melihat pemerintah dan TNI memiliki kekhawatiran akan reaksi negatif dari dunia luar terkait adanya tudingan pelanggaran HAM. Hal itu terutama bila terjadi ekses kekerasan oleh aparat keamanan.

“Sudah saatnya pendekatan keamanan di Papua dievaluasi secara serius. Polri perlu lebih fokus dalam melindungi masyarakat, memelihara kamtibmas dan menegakkan hukum," ujarnya.

Dia bilang sudah saatnya TNI diarahkan untuk mengatasi kelompok separatis di Papua. "Sementara TNI perlu diarahkan untuk menangani kelompok separatis bersenjata dengan pendekatan yang terukur, profesional, dan akuntabel sesuai ketentuan UU,” ujarnya.

Sebelumnya, OPM dalam pernyataannya mengaku bertanggungjawab atas tewasnya enam guru dan nakes di Distrik Anggruk, Yahukimo. Aksi keji itu dilakukan oleh Ohyon Elambu bersama Yosua Sobolim, anggota kelompok bersenjata yang berbasis di Anggruk dan Sisipia, Yahukimo.

Kelakuan OPM itu dengan menuding para korban guru dan nakes sebagai mata-mata militer Indonesia. OPM dengan bangga menegaskan mereka tak akan membiarkan aksi mata-mata yang menyaru sebagai guru maupun tim medis.

OPM mengklaim aksi keji terhadap enam guru dan nakes sebagai reaksi. Pemimpin TPNPB-OPM Kodap XVI Yahukimo Elkius Kobak memberikan perintah kepada para kombatannya untuk menargetkan para guru dan nakes.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya