Heboh Aliran Sesat di Maros: Tambah Rukun Islam Jadi 11 dan Pergi Haji Tak Perlu ke Mekah
- vstory
Maros, VIVA - Sebuah aliran di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, (Sulsel) menjadi sorotan publik. Aliran bernama Pangissengana Tarekat Ana' Loloa itu sontak menjadi heboh lantaran ajarannya yang dianggap sesat.
Aliran itu disebut telah menambah rukun Islam menjadi 11, serta menjanjikan surga bagi pengikutnya dengan syarat membeli benda pusaka. Selain menambah rukun Islam, aliran ini juga mengajarkan bahwa ibadah haji tak perlu ke Mekah, cukup ke Gunung Bawakaraeng di Kabupaten Gowa, Sulsel.
"Iya, jadi menurut dia itu kalau rukun Islam ada 11, kemudian harus beli pusaka untuk dipakai selama nanti di akhirat. Kemudian kalau ibadah haji di Tanah Suci tidak sah, kecuali ke Tanah Gunung Bawakaraeng," kata Kepala Badan Permusyawaratan Daerah (BPD) Bonto-bonto, Marzuki saat dikonfirmasi pada Sabtu, 8 Maret 2025.
Ilustrasi suasana di Kabah, Masjidil Haram, Arab Saudi.
- Haramain
Dia menjelaskan, bahwa aliran ini bermula di Dusun Bonto-bonto, Desa Bonto Somba, Kecamatan Tompobulu sejak tahun 2024, dan dipimpin oleh seorang perempuan bernama Petta Bau. Kemudian, para pengikutnya mulai dilarang membangun rumah dengan alasan uang yang digunakan nantinya untuk membeli pusaka sebagai bekal di akhirat.
"Aliran tersebut sudah disebarkan sejak 2024 lalu. Petta Bau, pimpinan aliran ini telah memiliki puluhan pengikut. Terus para pengikutnya dilarang bangun rumah, karena alasannya mau kiamat dan uangnya untuk dibeli pusaka," ungkapnya.
Sementara Kapolsek Tompobulu, AKP Makmur mengatakan, jika pihaknya telah mendatangi dan melakukan interogasi ke pengikut aliran sesat tersebut.
"Sudah saya datangi lagi itu aliran di pegunungan bersama Danramil. Kenapa bisa lagi heboh itu, padahal tahun lalu sudah lama sudah saya proses," ujar AKP Makmur saat dikonfirmasi terpisah.
Makmur menyebut pihaknya bersama MUI dan pemerintah setempat, telah berkoordinasi untuk membina pendiri dan para pengikut aliran tersebut.
"Aktivitas masih berlangsung, padahal sudah dipanggil sebelumnya di tahun 2024. Tapi berulah lagi, akhirnya kami mempertemukan kembali mereka, antara aliran tersebut dengan MUI dan pemerintah daerah," ungkapnya.
Makmur mengaku bahwa pihaknya bersama TNI dan MUI serta pihak terkait telah memastikan turun ke lokasi melakukan pembinaan kepada warga setempat. Pengikutnya akan disadarkan agar kembali ke jalan yang benar.
"Penyuluh dari MUI dan dari Babhinkantibmas, Babinsa, aparat desa semua sudah melakukan pembinaan. Saya kira sudah tidak berkembang lagi, sudah dikepung kan. (Pengikutnya) Ditangani oleh penyuluh, mereka dibina untuk disadarkan," pungkasnya.
