Sambut Ramadan, Kemenag Kirim Seribu Pendakwah ke Wilayah 3 T dan Luar Negeri
- Kemenag
Jakarta, VIVA – Seribu dai dan daiyah, akan dikirim ke berbagai daerah oleh Kementerian Agama, menjelang Ramadan 1446 H/ 2025. Mereka dikirim ke berbagai daerah di wilayah terdepan, terluar dan tertinggal atau 3 T, hingga ke luar negeri.
Pelepasan secara resmi ditandai penyerahan bendera Merah Putih oleh Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam (Bimas Islam) Kemenag, Abu Rokhmad kepada perwakilan dai.
Melalui virtual, Menteri Agama Nasaruddin Umar, berpesan mereka bersikap rendah hati dalam berdakwah. Ia mengingatkan bahwa dakwah bukan ajang mencari popularitas, melainkan bentuk pengabdian kepada umat.
"Orang yang puas dengan pujian sudah selesai, tetapi mereka yang terus dikritik akan berkembang. Jangan mencari popularitas di tempat tugas," ujar Menag.
Menag juga menegaskan pentingnya menjaga wudu sebagai bentuk penyucian diri. Menurutnya, setiap tetesan air wudu dapat menghapus dosa-dosa masa lalu. Ia pun mengingatkan para dai agar tidak melupakan orang tua dalam doa mereka.
"Ananda sekalian, tolong doakan orang tua. Anda tidak akan menjadi seperti ini tanpa mereka. (Jangan sampai) sibuk memimpin doa untuk orang lain, tetapi lupa mendoakan orang tua sendiri. Ziarahi makam ibu dan bapak. Cium, jangan hanya tangannya, tapi juga kakinya," pesannya.
Menag Nasaruddin juga mengingatkan para dai memperbanyak ibadah sunnah. Seperti membaca surah Al-Kahfi, Yasin, Ar-Rahman, dan Al-Mulk, serta menjalankan salat sunnah, termasuk salat tasbih di tengah malam.
Pengiriman dai ke wilayah 3T merupakan program tahunan Kemenag yang telah berjalan sejak 2021. Pengiriman dilakukan setiap Ramadan. Tahun ini, Kemenag juga memperluas akses layanan keagamaan bagi diaspora Indonesia di luar negeri dengan mengirim lima dai ke Australia, Jerman, dan Selandia Baru. Mereka yang ditugaskan di luar negeri merupakan peraih juara MTQ tingkat nasional.
Direktur Jenderal Bimas Islam, Abu Rokhmad menjelaskan, saat ini dibutuhkan para pendakwah yang mampu mengajak masyarakat untuk membangun negara.
"Negara membutuhkan tangan-tangan kreatif dan niat baik para dai. Bantu negara ini dengan mengajak masyarakat bekerja keras sesuai bidangnya," kata Abu.
Para dai juga harus melaporkan setiap aktivitas mereka. Mengaktifkan media sosial serta membuat laporan berbasis data. Ini untuk melihat perubahan masyarakat dari aktivitas dakwah itu. Selain itu, ia berharap, para dai dapat memiliki kedekatan emosional dengan masyarakat dan keluarga yang mereka bina.
Sementara Direktur Penerangan Agama Islam Kemenag, Ahmad Zayadi menambahkan, meningkatnya permintaan layanan keagamaan dari diaspora membuka peluang bagi Indonesia untuk menjadi kiblat dalam kajian dan praktik keislaman global.
Menurutnya, fenomena ini terlihat dari keberadaan Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII), yang memiliki 70 persen mahasiswa asing.
Ia juga mengungkapkan tantangan sosial dalam dakwah, seperti meningkatnya angka perceraian dan turunnya angka pernikahan.
"Pada 2023, jumlah pernikahan hanya 1,3 juta, sementara angka perceraian lebih dari 400 ribu. Ini menjadi ancaman bagi ketahanan keluarga. Dai tidak hanya bertugas menyampaikan ajaran agama, tetapi juga melakukan analisis sosial agar dakwah lebih efektif," ujarnya.
Program pengiriman dai ini digelar atas kerja sama dengan berbagai pihak, seperti Badan Pengelola Keuangan Haji, BAZNAS RI, Bank Syariah Indonesia, serta sejumlah lembaga filantropi Islam dan pesantren. Para pendakwah dijadwalkan berangkat pada 27 Februari 2025 dan bertugas hingga akhir Ramadan.