38 Negara Ikut Latihan Maritim Gabungan di Bali, Pengamat: RI Perkuat Peran sebagai Mediator
- Dispenal
Jakarta, VIVA - Sebanyak 38 negara ikut berpartisipasi mengikuti latihan Multilateral Naval Exercise Komodo 2025 (MNEK) di Bali. Latihan maritim itu melibatkan kapal perang, helikopter dari AS, Cina, hingga Rusia.
Pengamat militer Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Khairul Fahmi menilai latihan gabungan bukan sekadar latihan angkatan laut biasa. Dia mengatakan demikian karena latihan gabungan itu melibatkan AS, Cina, dan Rusia yang notabene tiga kekuatan militer besar di dunia.
“Dengan melibatkan 38 negara, termasuk Amerika Serikat, China, dan Rusia—tiga kekuatan besar yang kerap bersaing di Indo-Pasifik—MNEK menjadi platform strategis bagi Indonesia dalam memperkuat peran sebagai mediator dalam dinamika geopolitik global,” kata Fahmi di Jakarta, Jumat, 21 Februari 2025.
Menurut dia, ajang MNEK menjadi cerminan kebijakan luar negeri. Bagi Fahmi, terselenggaranya MNEK karena berkat strategi diplomasi pertahanan yang dijalankan Presiden Prabowo Subianto sejak masih jabat Menteri Pertahanan RI.
Fami menuturkan latihan ini awalnya berskala regional. Namun, perlahan mulai menarik perhatian negara-negara kekuatan pertahanan militer besar seperti AS dan Cina.
VIVA Militer: Kapal perang TNI AL tembakkan rudal di Perairan Laut Bali
- Dispenal
Militer AS dan Cina sudah berpartisipasi sejak 2016. Sementara, Rusia baru mengirimkan kapal perang utamanya dalam MNEK 2023.
“Kini, dalam MNEK 2025, ketiga negara tersebut telah menjadi bagian dari latihan yang semakin strategis, menegaskan peran MNEK sebagai mekanisme diplomasi maritim yang membangun kepercayaan di tengah rivalitas global,” kata Fahmi.
Fahmi menuturkan dengan tren itu memperlihatkan MNEK sudah berkembang dari sekadar latihan teknis jadi forum multilateral yang inklusif. Meskipun, dalam dinamikanya ada ketegangan geopolitik.
“Kehadiran negara-negara besar, termasuk diplomatnya, membuktikan Indonesia mampu menjadi titik temu bagi kepentingan strategis di Indo-Pasifik,” jelasnya.
Pun, dia menyebut ajang MNEK 2025 mengundang berbagai negara dari beragam blok politik menunjukkan bahwa RI tetap berpegang pada prinsip politik luar negeri bebas aktif. Sebab, sikap politik RI tak berpihak sehingga tetap memiliki pengaruh dalam membentuk arsitektur keamanan regional.
Lebih lanjut, Fahmi mengatakan salah satu tantangan utama dalam hubungan internasional adalah membangun kepercayaan antarnegara. Hal itu terutama di tengah persaingan geopolitik.
“Kehadiran AS, China, dan Rusia dalam satu forum latihan yang sama menciptakan ruang interaksi yang lebih cair, di luar diplomasi formal yang sering kali kaku,” kata Fahmi.
Dia menambahkan melalui MNEK 2025, Presiden Prabowo seperti ingin memperlihatkan RI mampu memainkan peran kunci dalam diplomasi maritim global. Ia menekankan dengan mengedepankan kerja sama non-tempur, ada upaya membangun pemahaman dan kepercayaan multilateral di tengah dinamika geopolitik yang kompleks.
“Pendekatan ini memperkuat posisi Indonesia sebagai kekuatan maritim regional. Dan memastikan bahwa Indonesia tetap relevan, dihormati, serta memiliki pengaruh dalam arsitektur keamanan Indo-Pasifik,” ujarnya.