Peringatan Harlah ke-102 NU, Gus Salam: Pengurus Kewajiban Bertanggungjawab Jaga Marwah NU

Diskusi publik yang digelar Presidium PO & MLB NU di Jatim.
Sumber :
  • Istimewa

Kediri, VIVA - Kebesaran Nahdlatul Ulama (NU) disebut tak identik dengan pengurusnya sehingga wajib diingatkan dan dinasehati bila bersikap di luar garis batas kepemimpinan jam’iyyah

Di Acara NU, Stafsus BPIP Romo Haryatmoko Bicara Pentingnya Berpikir Kritis dan Inovatif

Demikian dibahas dalam diskusi publik dan bahtsul masail dengan tema 'Mencari Sosok Rois Aam dan Ketum PBNU yang Teduh, Kapabel, dan Berintegritas' di Kediri Jawa Timur, Sabtu kemarin. Diskusi publik itu diinisiasi Presidium Penyelamat Organisasi (Presidium PO) dan Muktamar Luar Biasa NU (MLB NU) Koordinator Jawa Timur (Jatim).

Dalam diskusi itu hadir Ketua Presidium PO & MLBN KH Abdussalam Shohib alias Gus Salam. Selain itu, hadir Ketua Lembaga Pendidikan Tinggi Nahdlatul Ulama (LPT PBNU) 2015-2020, Prof. Muhammad Nasir, KH Saeful Rijal Ajib, Kudus Jawa Tengah; menggantikan KH As’ad Said Ali, Waketum PBNU 2010-2015. 

Kongres Keluarga Maslahat NU Akan Bedah Masalah Judi Online hingga Kekerasan Seksual

Adapun Bahtsul Masail dengan narasumber atau mubahits KH. Lora Dimyati Muhammad, KH Achmad Rosikh Roghibi, dan KH Miftahul Falah serta Dr. KH Marzuki Mustamar selaku Mushohhih Bahtsul Masail.  

Gus Salam mengatakan konstitusi NU menyediakan mekanisme organisasi bila mandataris Rais Aam dan Ketua Umum PBNU melakukan pelanggaran berat. Ia menuturkan dalam silaturahim dan diskusi itu terbangun kesadaran bersama bahwa kebanggaan terhadap jam’iyyah NU tak berseger sedikitpun. 

Harlah ke-102 NU, Presidium PO dan MLB NU Soroti Anomali dalam Kinerja & Kebijakan
Diskusi publik yang digelar Presidium PO & MLB NU di Jatim.

Diskusi publik yang digelar Presidium PO & MLB NU di Jatim.

Photo :
  • Istimewa

Dia bangga dengan landasan teologis, filosofis dan sosiologis NU yang kokoh. Gus Salam menyebut ada kemuliaan Muassis dan Masyayikh NU atas keluhuran pribadi. 

Begitu juga ada kebanggaan dengan ulama dan pesantren yang menopang Jam’iyyah NU.

"Forum silaturrohim menyadari bahwa marwah NU; kehormatan, harga diri dan nama baik NU tidak bergantung pada pengurusnya, dan sebaliknya, pengurus berkewajiban dan bertanggung jawab menjaga marwah NU demi ta’dhim," kata Gus Salam, dikutip pada Minggu, 26 Januari 2025. 

Gus Salam menyampaikan kebesaran NU tak identik dengan pengurusnya. Maka itu, pengurus wajib diingatkan dan dinasehati bila bersikap dan bertindak di luar garis batas penyelenggaraan serta kepemimpinan jam’iyyah. 

"Dalam diskusi diungkap doktrin Muassis NU, bahwa ulamā umanā’ullāh ‘alā ‘ibādihi”; ulama NU adalah pemegang amanat Allah atas hamba-Nya dengan orientasi ashlah (membangkitkan pemajuan) umat, negara dan alam/lingkungan (ruang hidup umat)," ujar Gus Salam.

Pun, dia berkata pemimpin jam’iyyah NU adalah mereka dengan sifat-sifat mulia, kepeloporan, teladan dan orientasi ikhlas. Selain itu, mewarisi kepemimpinan dan perjuangan nabi sebagaimana maksud 'alUlama Warosatul Anbiya’. 

Dia menyebut sejumlah nama tokoh seperti Rais Aam PBNU mulai Prof. Dr. KH. Ma’ruf Amin, Dr.(HC) KH. Sahal Mahfudz, KH. Ilyas Ruhiyat, Prof. Dr. KH Ali Yafie, KH Ahmad Shiddiq, dan KH. KH Ali Ma’shum, adalah sosok ulama di zamannya.

"Beliau-beliau adalah teladan silaturrohim antar masyayikh pesantren, penguat persatuan, kesatuan dan soliditas jam’iyyah. Kepeloporan luhur mereka tidak diragukan," lanjut Gus Salam.

Sementara, dia mengatakan sederet nama mulai KH Said Aqil Siroj, KH. Hasyim Muzadi, dan KH. Abdurrahman Wahid alias Gus Dur adalah sosok ulama operator lapangan yang paham dan bergelut dengan realita. Ia menyebut para tokoh itu memiliki kecerdasan emosional dan sosial yang monumental. 

"Dan bagi Gus Dur, tidak ada kawan-lawan yang tidak diperlakukan secara proporsional, sekeras apapun perbedaan dan pertentangannya. Sosok operator jam’iyyah yang teduh, kapabel dan berintegritas," kata dia.

Kemudian, ia membandingkan dengan kepemimpinan PBNU periode 2022-2027
yang dianggapnya malah membuat nama baik NU dipergunjingkan publik. Dikatakan dia, PBNU menciptakan arus konflik yang memicu respons dan sikap minor kebanyakan. Bukan hanya di luar, juga di dalam lingkungan NU. 

Kemudian, ia menyampaikan kinerja dan kepemimpinan PBNU saat ini penuh anomali dan inkonsistensi. Gus Salam menyebut terjadi banyak penyimpangan, ketidaknormalan.

"Forum Diskusi Publik berharap pemimpin NU adalah figur-figur yang bagi kalangan bawah adalah panutan kharistik yang teduh dan berwibawa. Bagi kalangan menengah adalah pembangkit perubahan karena kapasitas dan kepemimpinannya," kata dia lagi.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya