Kejanggalan Kematian Santriwati Ponpes Al-Aziziyah Lombok, Saksi Tiba-tiba Dipecat
- VIVA.co.id/Satria Zulfikar (Mataram)
Lombok, VIVA – Teka-teki kematian santriwati asal Ende - NTT, Nurul Izatih (14) di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Aziziyah, Kecamatan Gunungsari, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB) masih menjadi misteri yang belum terpecahkan.
Korban meninggal dunia pada 29 Juni 2024 di RSUD Soejono Selong, Lombok Timur. Korban mengalami luka di daerah hidung dan mata lebam akibat diduga dipukul menggunakan balok.
Sebelum menghembuskan napas terakhirnya, Nurul Izatih sempat berbisik ke ayahnya bahwa dia sering mendapatkan bullying oleh rekan sesama santri.
Korban meninggal dunia setelah 16 hari mengalami kritis dan dilarikan ke rumah sakit. Korban beberapa kali mengalami rawat jalan hingga rawat inap ketika kondisinya mulai drop.
Kasat Reskrim Polresta Mataram, AKP Regi Halili mengatakan sudah puluhan saksi diperiksa penyidik terkait kematian Nurul. Namun belum ada yang mengarah ke pelaku kekerasan.
Saksi Tiba-tiba Dipecat
Hanya ada satu saksi yang mengetahui kondisi terakhir korban selama berada di pondok. Dia adalah ibu dapur Al-Aziziyah yang biasa dipanggil Bik Mar.
"Anak korban sebelum pulang ke rumah di Lombok Timur berbicara ke Bibi Dapur. Panggilannya Bik Mar," kata AKP Regi Halili, Selasa, 21 Januari 2025.
Korban memberitahukan kejadian bullying yang dialaminya ke Bik Mar. Saksi inilah yang mengetahui persis kondisi terakhir korban dan curhatan korban.
Namun saat penyidik mencari keberadaan Bik Mar, terungkap fakta bahwa dia tiba-tiba dipecat oleh Ponpes Al-Aziziyah saat kasus tersebut mencuat.
"Kami mencari saksi ini (Bik Mar), tapi saat kasus mencuat, yang bersangkutan tiba-tiba dikeluarkan dari Ponpes," ujarnya.
Dari keterangan saksi lain yang diperiksa, Regi menjelaskan ibu dapur itu saat ini menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri. Namun anehnya belum ada pihak yang mengetahui negara mana tempat saksi berada.
"Yang bersangkutan dipecat dan kini jadi TKI. Itu keterangan dari salah satu saksi yang kita periksa," katanya.
Tidak berhenti di situ, polisi menurunkan informan untuk melacak keberadaan Bik Mar di kampungnya di Lombok Tengah. Benar saja saksi tersebut menghilang dan tidak ditemukan.
"Kami mengutus informan kami yang ada di Lombok Tengah. Tapi benar yang bersangkutan tidak ada," ujarnya.
Polisi juga menggunakan IT untuk menelusuri ponsel korban. Namun ponsel tersebut digunakan atas nama orang lain atau kemungkinan ponsel tersebut milik orang lain yang dipinjamkan.
"Nomor HP yang terdaftar atas nama orang lain. Dari penyelidikan IT yang bersangkutan pernah menghubungi keluarga dengan nomor itu," ujarnya.
Regi mengakui bahwa pemeriksaan saksi mentok di sana. Namun dia tidak patah semangat. Kasatreskrim baru ini bakal bekerja lebih giat lagi untuk mengungkapkan tabir gelar dugaan penganiayaan di lingkungan Ponpes ini.
Ponpes Tertutup
Pendamping korban, Yan Mangandar Putra mengungkapkan bahwa Ponpes tersebut sangat tertutup dengan penyidikan kasus kematian santriwati.
Dia berharap Ponpes Al-Aziziyah mau membuka diri sehingga penyidikan tidak mengalami stagnan.
"Ini serba rentan karena tertutup. Jadi orang tua tidak tahu kondisi di dalam, sehingga kita berharap ponpes jujur jangan ditutupi karena sangat berpotensi mereka menutupi alat bukti," ujarnya.
Yan mengakui bahwa puluhan saksi yang diperiksa polisi saat ini hampir semua memberikan keterangan yang sama, sehingga kasus tersebut sulit dipecahkan.
"Karena semua saksi hampir memberikan keterangan yang sama jadi memang belum mampu membuat perkara ini terang," ujarnya.