Menhut Raja Juli Tegaskan Tidak Akan Rusak 20 Juta Hektare Hutan untuk Lahan Pangan
- VIVA.co.id/Maha Liarosh (Bali)
Bali, VIVA – Menteri Kehutanan RI Raja Juli Antoni buka suara soal rencana 20,6 juta hektare hutan yang akan digunakan untuk lahan pangan. Ia menegaskan lahan itu tetap menjadi kawasan hutan dan tidak akan dilakukan deforestasi, tapi memaksimalkan fungsi hutan, dengan cara agroforesty atau tumpang sari.
"Jadi kami ada nomenklatur yang namanya hutan cadangan pangan dan air. Nah, kami identifikasi ada sekitar 20,6 juta hektare tanah yang dapat dimaksimalkan fungsi hutannya dengan menanam tanaman-tanaman pangan maupun energi," ujar Raja Juli Antoni, di Denpasar, Kamis, 16 Januari 2025.
Ia mencontohkan, jika memaksimalkan hutan dengan tumpang sari maka hutan itu bisa ditanami pohon jati, sengon atau lainnya, tapi di bawahnya ditanam padi gogo atau jagung.
"Nah kemarin sudah dihitung dengan Menteri Pertanian. Kalau impor beras kita tahun 2023 itu 3,5 juta ton, kalau kita tanam dengan cara tumpang sari di kawasan hutan sekali lagi ini bukan melakukan deforestasi tapi justru memperkuat fungsi hutan, maka 1 hektar itu bisa memproduksi 3,5 ton beras dengan bibit terbaru. Itu artinya apa? Kalau kita tanam 1 juta hektar, kita enggak perlu impor lagi. Jadi swasembada pangannya tercapai, tetapi hutannya tetap terjaga," ujarnya.
Dengan memperkuat fungsi hutan tanpa merusak atau membuka hutan baru, kata Raja Juli, akan meningkatkan swasembada pangan dan menguntungkan masyarakat. Sementara itu, agrofeoresty atau tumpang sari akan dilaksanakan di seluruh Indonesia
"Sudah ada list-nya. Nanti dengan menteri pertanian nanti kita akan mulai menanam. Tanggal 22 nanti di 50 hektar nanti. Logika hutan cadangan pangan itu justru meminimalisir terjadinya deforestasi," ujarnya.