Sudah 22 Korban, Dosen Terduga Pelecehan Seksual Sesama Jenis Bakal Diperiksa Polisi
- vstory
Lombok, VIVA – Dosen laki-laki terduga pelaku pelecehan seksual sesama jenis berinisial LRR, bakal diperiksa Polda Nusa Tenggara Barat (NTB) Terduga dijadwalkan akan diperiksa Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda NTB pada Selasa, 7 Januari 2025.
“Iya jadwal pemeriksaannya sih besok (Selasa),” kata Perwakilan Koalisi Stop Kekerasan Seksual NTB, Joko Jumadi yang mendampingi korban pada Senin, 6 Januari 2025.
Joko menjelaskan ada sebanyak 12 korban yang ditangani, sementara 10 korban datang dibawa kampus berdasarkan hasil tracing atau pelacakan korban.
“12 korban yang saya tangani. 10 dari kampus, tapi sampai sekarang belum diserahkan kampus,” ujarnya.
Terkait ada dugaan korban lebih dari 22 orang, Joko mengatakan belum berfokus ke arah sana. Saat ini, dirinya dan pihak terkait masih berfokus mendalami korban yang ada saat ini.
“Kita belum ke arah sana dulu. Fokus kita dalami korban yang sekarang dulu,” kata dia.
Sebelumnya, kasus tersebut mencuat setelah korban pertama melaporkan ke polisi atas dugaan pelecehan seksual yang dialami. Dari laporan awal tersebut, kemudian para korban lainnya yang seluruhnya adalah mahasiswa laki-laki memberanikan diri untuk melapor.
LRR menjalani aksi pelecehan seksual diduga dengan beragam modus. Modusnya seperti mendekati diri melalui kajian ilmiah yang digemari target, mandi suci dengan dalih membersihkan dosa masa lalu hingga zikir zakar atau zikir alat kelamin.
“Modusnya banyak. Ada zikir zakar mengelaborasi kajian ilmiah dengan spritual. Zikir zakar dia sebut sebagai zikir alat kelamin. Dia dosen di dua universitas di Kota Mataram. Bahkan, tiga tapi yang familiar dua. Korban merasa tidak curiga karena dia mendekati pimpinan-pimpinan komunitas organisasi,” kata Pendamping korban dari LSM Sasaka Nusantara Lombok Barat, Sabri.
Pelaku disebut merupakan orang berpengaruh di masyarakat karena pintar berbaur diri dengan masyarakat.
“Bahkan, dia sering jadi imam masjid, jadi khotib. Artinya, oknum ini bisa dikatakan orang punya pengaruh. Sehingga, orang tidak curiga ketika menggunakan modus pendekatan sesuai lawan komunikasi,” kata Sabri.