Kompolnas Sesalkan Sikap Polsek Cinangka soal Laporan Bos Rental: Polisi Harus Punya Kepekaan Lebih
- VIVA.co.id/Andrew Tito
Jakarta, VIVA — Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) mengungkapkan kekecewaannya terhadap kinerja Kepolisian Sektor (Polsek) Cinangka yang diduga mengabaikan laporan penting dari seorang bos rental mobil.
Laporan tersebut terkait mobil yang diduga dibawa kabur, yang akhirnya berujung pada tragedi penembakan di rest area KM 45 Tol Tangerang-Merak pada Kamis 2 Januari 2025.
Ketua Harian Kompolnas, Arif Wicaksono Sudiutomo, menyesalkan sikap Polsek Cinangka yang diduga lepas tangan saat menerima laporan dari Ilyas Abdurrahman (48), bos rental mobil yang menjadi korban penembakan.
Ia menegaskan bahwa polisi seharusnya lebih responsif dalam menindaklanjuti laporan masyarakat, apalagi yang berkaitan dengan potensi tindak kriminal.
“Minimal mereka mencatat data awal, seperti identitas pelapor dan detail laporan terkait mobil yang dicuri. Dari situ, bisa dilakukan langkah awal penyelidikan,” ujar Arif pada Senin 6 Januari 2025.
Arif juga menyoroti pentingnya insting kepolisian dalam menangani kasus semacam ini. Menurutnya, Kapolsek Cinangka seharusnya menginstruksikan anggota untuk mengikuti pelapor guna memastikan kebenaran laporan.
“Kapolsek bisa saja menugaskan satu atau dua anggota untuk membuntuti pelapor tanpa perlu pendampingan langsung. Polisi punya kewenangan untuk melakukan pengintaian sebagai bagian dari tugas penyelidikan,” jelas Arif.
Namun, kelalaian itu diduga berkontribusi pada insiden tragis yang menewaskan Ilyas Abdurrahman, yang ditembak oleh pelaku yang mengaku sebagai anggota TNI.
Peristiwa ini bermula saat Ilyas dan timnya mengejar mobil Honda Brio milik rentalnya yang diduga dibawa kabur oleh penyewa. Berdasarkan informasi, pelaku merusak dua dari tiga perangkat GPS yang terpasang di mobil, menyisakan satu GPS aktif yang menunjukkan lokasi mobil di Pandeglang.
Sebelum memulai pengejaran, Agam Muhammad (26), anak Ilyas, sempat menghubungi penyewa mobil, Ajat Sudrajat. Namun, nomor WhatsApp Agam diblokir oleh Ajat. Tanpa berpikir panjang, Ilyas bersama timnya memutuskan mengejar mobil tersebut.
Mereka berhasil mencegat mobil di pertigaan Saketi. Namun, para pelaku mengeluarkan senjata tajam dan mengaku sebagai anggota TNI AU. Situasi semakin kacau ketika mobil tim Ilyas ditabrak oleh mobil Sigra hitam yang diduga milik rekan pelaku. Para pelaku melarikan diri dengan membawa kedua mobil tersebut.
Di tengah pengejaran, Ilyas dan timnya sempat singgah di Polsek Cinangka untuk meminta pendampingan polisi. Namun, menurut Agam, laporan mereka tidak ditindaklanjuti meski sudah menyampaikan bukti kepemilikan mobil secara lengkap, seperti BPKB, STNK, dan kunci cadangan.
“Kami sudah tunjukkan semua bukti, tapi tetap saja kami tidak dianggap serius. Bahkan kami dikira pihak leasing,” ungkap Agam.
Penolakan ini memaksa Ilyas dan timnya untuk melanjutkan pengejaran secara mandiri hingga akhirnya tragedi terjadi di rest area KM 45 Tol Tangerang-Merak. Di lokasi tersebut, Ilyas ditembak oleh pelaku hingga tewas.
Kompolnas menegaskan bahwa kejadian ini menjadi bukti lemahnya respons kepolisian terhadap laporan masyarakat yang membutuhkan penanganan cepat.
“Polisi harus punya kepekaan lebih. Jangan sampai laporan masyarakat yang sebenarnya bisa dicegah malah berakhir tragis seperti ini,” ujar Arif.
Tragedi ini kini menjadi perhatian publik, terutama terkait evaluasi kinerja kepolisian dalam menangani laporan darurat. Kompolnas mendesak adanya penyelidikan internal terhadap Polsek Cinangka untuk memastikan bahwa ada tindak lanjut yang jelas terkait dugaan kelalaian tersebut.
Kasus ini menjadi pengingat akan pentingnya koordinasi yang baik antara aparat penegak hukum dan masyarakat. Kelalaian kecil dalam penanganan laporan dapat memiliki konsekuensi besar, bahkan nyawa menjadi taruhannya. Evaluasi menyeluruh diharapkan dapat mencegah kejadian serupa terulang di masa depan.