4 Menteri Bersama Warga Lakukan Aksi Bersih Sampah Kiriman di Pantai Kuta Bali
- VIVA.co.id/Maha Liarosh (Bali)
Bali, VIVA – Empat menteri turun dalam kegiatan Aksi Bersih Pantai di Pantai Kuta, Sabtu, 4 Januari 2025.  Kegiatan yang juga diikuti oleh 2.115 peserta itu sempat diguyur hujan.
Mereka yang hadir Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq,  Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana, Menko Bidang Pangan Zulkifli Hasan, dan Menteri Pendidikan Dasar Menengah Abdul Mu'ti.
Selain itu, kegiatan tersebut juga diikuti Pj. Gubernur Bali SM Mahendra Jaya dan Bupati Kabupaten Badung I Nyoman Giri Prasta. Kemudian dari kalangan pemerintah daerah, TNI, Polri, pelajar, mahasiswa Poltekpar Bali, komunitas, tenaga kebersihan, Satgas Kuta, desa adat, LSM, serta media massa hingga pegiat media sosial.
Pengelolaan sampah telah menjadi isu nasional dan global yang menjadi permasalahan yang belum bisa diselesaikan secara tuntas. Berdasarkan data Global Management Risk 2024 masih terdapat 38 persen sampah global yang tidak terkelola dengan baik.
Menteri Lingkungan Hidup RI, Hanif Faisol Nurofiq mengatakan, tidak terkelolanya sampah dengan baik berkontribusi pada triple planetary crisis pada perubahan iklim, kehilangan keaneka ragaman hayati serta penyimpanan sampah.
"Di indonesia timbunan sampah nasional tahun 2023 tercatat sebesar 56,63 juta ton. Capaian sampah hingga hari ini baru di angka 39 persen sehingga masih 60 persen sampah yang belum kita kelola dengan baik di Indonesia," kata Hanif Faisol saat menggelar Aksi Bersih Pantai di Pantai Kuta, Sabtu, 4 Januari 2024.
Menurutnya dari 550 tempat pemrosesan akhir sampah di seluruh Indonesia, sebanyak 306 lebih atau 54,45 persen masih dioperasikan secara open dumping. "Sebenarnya open dumping sudah tidak diperbolehkan sesuai undang-undang Nomor 18 tahun  2008," ujarnya.
Meningkatnya jumlah timbunan sampah, kata Hanif, akibat bertambahnya jumlah penduduk dan aktifitas manusia yang tidak ramah sampah.
"Jika tidak diantisipasi dengan baik maka akan timbul permasalahan lingkungan yang diakibatkan dari sampah yang tidak terkelola seperti yang terjadi di Pantai Kuta yang kita saksikan hari ini," katanya
Hanif Faisol menyebutkan, pantai Barat dan Timur Bali setiap tahunnya akan mendapat kiriman sampah laut yang sebagian besar berasal dari luar wilayah Pulau Bali. Persoalan sampah laut terjadi saat angin musim barat biasanya terjadi pada bulan Oktober sampai Maret setiap tahunnya.
"Jumlah sampah kiriman di pesisir Bali pada 2024-2025 diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pada 2020-2021 yang mencapai sekitar 6.000 ton, sedangkan pada 2023 sekitar 2.900 ton," katanya.
Hanif menjelaskan, sumber sampah laut di Bali sebagian besar berasal dari daerah lain khususnya dari sungai-sungai di Pulau Jawa yang bermuara ke Laut Jawa. Bahkan berdasarkan data sumber timbunan sampah yang dibawa ke Pantai Kuta sebagian berasal dari negara lain.
"Sampah ini akan mengikuti arus dan bergerak ke arah timur kemudian ke selatan dan sebagian besar terdampar di Pantai Bali," ucapnya.
Karena itu, menurut Menteri LH RI, penting untuk berkolaborasi menangani sampah musiman di pantai-pantai di Bali secara konkret melalui kerja sama berbagai pemangku kepentingan, baik pemerintah maupun masyarakat.
"Apalagi Bali memiliki reputasi pariwisata internasional dan perlu juga edukasi lebih masif kepada masyarakat untuk bersama menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan," ujar Menteri Hanif.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Pangan,Zulkifli Hasan mengatakan, masalah sampah kiriman di Bali menjadi perhatian bersama pemerintah pusat karena selain berpotensi mengganggu aktivitas pariwisata, juga dapat berdampak langsung pada lingkungan hidup dan pangan.
"Bayangkan kalau dibiarkan, bisa-bisa lebih banyak sampah di laut daripada ikannya. Tentu ini mengganggu ketersediaan bahan perikanan kita nantinya," ujar Menteri Zulkifli saat mengikuti Aksi Bersih Pantai di Pantai Kuta.
Menko Pangan juga mengatakan pentingnya kerja sama dan kolaborasi antara pemerintah pusat, daerah, hingga komponen masyarakat untuk bersama menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan.
"Kita ini negara kepulauan yang sangat besar, jadi kuncinya adalah kita harus bekerja sama menjaga lingkungan kita," ujarnya.
Pj.Gubernur Bali SM Mahendra Jaya mengatakan, peristiwa menumpuknya sampah di Pantai Kuta dan sekitarnya merupakan fenomena musiman di mana arus laut yang melewati kawasan pantai tersebut membawa sampah dari luar Bali, terutama dari Pulau Jawa. "Karenanya, kami terus mendorong upaya penanganan sampah yang juga melibatkan masyarakat," katanya.
Mahendra Jaya mengemukakan, sejatinya Bali sudah memiliki peraturan terkait penanganan sampah, yakni penanganan sampah berbasis sumber.
"Jadi, kami mendorong penyelesaian sampah di sumbernya, sampah diolah di skala rumah tangga hingga tingkat desa. Beberapa desa sudah berhasil melakukan dan terus memberikan percontohan pada desa-desa lainnya di Bali," kata Mahendra.
Kehadiran para menteri dalam aksi bersih-bersih sampah di Pantai Kuta, kata Pj Gubernur, akan semakin memberikan dorongan serta semangat bagi pemerintah daerah bersama masyarakat untuk menyelesaikan permasalahan sampah di Pulau Dewata secara menyeluruh.