Nasib Pengemudi dan Staf Bus Trans Metro Dewata Setelah Setop Beroperasi per 1 Januari 2025
- VIVA.co.id/Maha Liarosh (Bali)
Bali, VIVA – Layanan transportasi umum di Bali Trans Metro Dewata (TMD) resmi tidak beroperasi mulai 1 Januari 2025. Sebanyak 105 bus Trans Metro Dewata terparkir di Terminal Ubung, Denpasar dan dan sebagian terparkir di Sentral Parkir, Kuta.
Pemberhentian operasi transportasi Trans Metro Dewata lantaran Pemerintah Pusat melalui Kementerian Perhubungan RI menyetop stimulus atau anggaran untuk transportasi umum yang menjadi favorit wisatawan, mahasiswa, dan para pedagang yang ada di Bali.
Selama beroperasi 105 TMD untuk 6 koridor mampu mengangkut 5000 penumpang per hari.
Direktur PT Satria Trans Jaya, Ketut Edi Dharmaputra mengatakan, stimulus untuk pengoperasian Trans Metro Dewata yang diberikan oleh Pemerintah Pusat melalui APBN berakhir pada 2024. Anggaran biaya layanan operasional per tahun sebesar Rp.76 miliar untuk 105 unit bus.
Akan tetapi kata Edi Dharmaputra Pemerintah Daerah ada kemungkinanan miskomunikasi dan terlambat merespon dalam pengambilan alih sehingga menyebabkan stagnansi.
'Ini ternyata mungkin miskomunikasi atau bagaimana, semestinya ini namanya stimulus artinya Pemerintah Daerah harus sudah siap. Di sini kelihatannya Pemerintah Daerah baru bisa menyiapkan per Juli, baru satu koridor," kaya Edi Dharmaputra, di Terminal Ubung Denpasar, Bali Kamis, 2 Januari 2025.
"Ini menyebabkan terjadi stagnansi, sehingga karena tidak ada pembiayaan dari pusat maka untuk sementara Trans Metro Dewata per 1 Januari disetop operasionalnya," imbuhnya.
Akibat pemberhentian operasi 105 Trans Metro Dewata untuk 6 koridor itu, sekitar 317 pengemudi dan staf pun harus menunggu kepastian bus Trans Metro Dewata untuk beroperasi kembali. Sementara gaji para pengemudi akan dibayar hingga Januari 2025.
"Sementara kita tidak merumahkan, tidak mem-PHK, tadi sudah disampaikan sampai gaji bulan ini masih akan kita berikan, bulan ketiga belas kita akan berikan. Karena kita tahu dan paham bahwa pasti merupakan suatu tulang punggung pula bagi keluarga," jelasnya.
Saat ini manajemen Trans Metro Dewata sedang menunggu hasil koordinasi yang sedang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Bali dengan Kementerian Perhubungan.
"Karena per 31 Desember kemarin, Bapak Pj Gubernur telah bersurat kepada Pak Menteri yang menyatakan kesiapan untuk hand over TMD pada bulan Juli untuk 1 koridor, sehingga diharapkan pemerintah pusat membiayai," imbuhnya.
Diver Trans Metro Dewata Tatang asal Surabaya yang memegang koridor 5 trayek Jimbaran - Sanur mengungkapkan, saat dirinya menginfornasikan TMD akan berhenti beoperasi kepada pelangganya, banyak penumpang yang mengaku kecewa, bahkan ibu-ibu pedagang yang biasanya menggunakan TMD juga menangis.
"Penumpang-penumpang bus ini kan kebanyakan orang-orang menengah ke bawah. Ibu-ibu yang jadi pedagang itu banyak yang menangis. Terus saya gimana kerjanya? Gitu," kata Tatang.
Para pedagang itu, kata Tatang, rata-rata dari Ubud dan berjualan di Nusa Dua, dari Tabanan ke Jimbaran, sehingga mereka memilih TMD karena ongkos transportnya terjangkau.
Tarif per 90 menit jika menggunakan kartu untuk umum sebesar Rp 4.400 sementara pelajar dan mahasiswa sebesar Rp 2.000. "Sehingga kemungkinan untuk pindah bus itu masih gratis. Jadi pp cuma Rp.9.000 saja," kata Tatang.
Ia menyebut, koridor 5 yang dipegang selalu penuh dengan penumpang. Rata-rata penumpang untuk koridor 5 kata Tatang anak-anak kampus.
Salah satu penumpang TMD Budi Kurnia mengaku keberatan akan pemberhentian layanan TMD. Pasalnya selama ini, Budi selalu menggunakan TMD dari Denpasar ke Tabanan pagi dan sore.
"Setiap bulan saya 3 kali ke Ubud, jadi kalau sampai berhenti saya keberatan. Jangan ngelihat yang di atas, lihat yang di bawah sangat butuh sekali. Saya sudah lansia umur 75 tahun. Mau tak mau harus pakai TMD," kata Budi.
Saat Trans Metro Dewata berhenti beroperasi, Budi mengaku terpaksa harus menggunakan motor untuk pergi ke Tabanan setiap hari.