Penelitian Asing di Indonesia Meningkat, Pemerintah Diminta Waspada

Peneliti Nusantara Foundation, Imam Rozikin
Sumber :
  • Dok. Istimewa

Jakarta, VIVA – Peneliti Nusantara Foundation, Imam Rozikin, menyoroti meningkatnya jumlah peneliti asing yang ada di Indonesia. Menurut Imam, peningkatan jumlah peneliti asing ini perlu ditinjau dengan cermat, terutama dari aspek keamanan nasional.

Mayoritas Lokal, Investor Pasar Modal Indonesia Capai 14,84 Juta SID hingga Akhir 2024

Berdasarkan pengalaman historis, kata Imam, penjajahan Belanda tidak hanya mengandalkan kekuatan militer, tetapi juga riset antropologi, politik, dan sosial untuk menguasai Nusantara. 

“Hal ini mengajarkan bahwa penelitian bisa menjadi alat strategis dalam eksploitasi suatu bangsa,” kata Imam, dalam keterangannya, dikutip Rabu, 1 Januari 2024.

Hari Ibu: Peneliti Wanita Indonesia Jadi Dokter Pertama Raih NAOS Ecobiology International Award di Prancis

Ilustrasi data dan riset.

Photo :
  • Freepik

Ilustrasi penelitian.

Photo :
  • What Works Centre for Crime Reduction - College of Policing
Suriah Akan Terpecah dan Dikendalikan Asing setelah Assad Digulingkan, Menurut Oposisi

Imam menyebutkan bahwa aktivitas penelitian asing juga menjadi perhatian di era modern, terutama dengan adanya tuduhan terhadap aktivitas riset tersembunyi yang dilakukan melalui proyek seperti NAMRU-2 di Indonesia. 

Dia mengutip buku Siti Fadillah Supari (2008) menjelaskan bahwa operasi NAMRU-2, yang diinisiasi oleh Amerika Serikat, membuka peluang penyalahgunaan data biologis Indonesia. Dalam buku tersebut, menurut Imam, Supari menegaskan bahwa keberadaan laboratorium tersebut dapat digunakan untuk kepentingan strategis, termasuk penelitian bioekonomi. 

“Kasus ini mencerminkan betapa pentingnya pengawasan terhadap riset asing yang dilakukan di Indonesia,” ujarnya

Imam menambahkan, dari sudut pandang teori biopolitik Michel Foucault, dijelaskan bahwa penguasaan atas data biologis adalah bentuk kontrol signifikan terhadap populasi. Foucault menjelaskan bahwa kekuasaan modern tidak hanya mengontrol tubuh individu melalui disiplin, tetapi juga populasi melalui mekanisme biopolitik. 

“Dalam konteks Indonesia, data genetik manusia, lanskap geografis, makhluk endemis memiliki nilai strategis yang tinggi dan rentan digunakan sebagai sasaran eksploitasi. Dengan biodiversitas yang melimpah, Indonesia menjadi target potensial bagi negara-negara maju untuk mengeksploitasi kekayaan ini demi keuntungan ekonomi atau geopolitik,” ujarnya

Saat ini, menurut Imam, Pemerintah perlu memastikan bahwa data hasil penelitian tidak disalahgunakan untuk kepentingan pihak asing. Selain itu, kerja sama internasional juga harus diarahkan pada transparansi dan perlindungan data untuk mencegah eksploitasi yang merugikan negara Indonesia.

“Keterlibatan aktor negara maupun non-negara dalam penelitian yang berorientasi pada kepentingan strategis tidak bisa diabaikan. Negara-negara maju sering memanfaatkan peneliti untuk menjalankan operasi spionase yang disamarkan sebagai kegiatan akademis,” ujarnya

Dalam keterangannya, Imam juga menyoroti mengenai perusahaan farmasi global yang dinilai memiliki kepentingan besar dalam memanfaatkan biodiversitas negara-negara berkembang untuk pengembangan produk yang bernilai ekonomi tinggi. 

Fenomena ini menurutnya menjadi ancaman nyata jika tidak diimbangi dengan kebijakan pengawasan yang memadai sebagai bentuk penguatan sense of alertness para Decision Maker di negeri ini.

“Langkah strategis yang perlu diambil adalah memperkuat sinergi dan kolaborasi antara Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), BIN, Kemendikti Saintek beserta jajaran perguruan tinggi, TNI, Polri, dan kementerian/lembaga terkait,” kata Imam

“Peningkatan kapasitas teknologi pengawasan, seperti penggunaan big data,artificial intelligence, dan technology intelligence dapat membantu mendeteksi aktivitas mencurigakan serta penyediaan fasilitas pendukung riset seperti kapal, pesawat dan alat komunikasi untuk menghindari penyembunyian perangkat tertentu oleh para peneliti asing,” sambungnya

Ilustrasi - Kapal riset OceanXplorer menurunkan kapal selam untuk meneliti perairan.

Photo :
  • ANTARA

Dosen Universitas Krisnadwipayana ini juga mengatakan, diperlukan pemahaman serta pelatihan intensif bagi akademisi dan masyarakat pendamping riset untuk meningkatkan kesadaran terhadap segala kerawanan yang berpotensi menjadi ancaman dari aktivitas mencurigakan selama penelitian.

“Kerjasama ilmiah internasional tentu tidak dapat dihindari, mengingat manfaatnya yang besar bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Namun, keterbukaan ini harus disertai dengan langkah mitigasi risiko yang ketat,” ujarnya

Transparansi dalam pengelolaan data hasil penelitian, pengawasan selama proses riset, dan evaluasi pasca-penelitian menjadi elemen penting untuk melindungi kepentingan nasional Indonesia.

Sebagai negara yang kaya akan sumber daya, lanjutnya, Indonesia memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga kedaulatan dan keamanannya. Dengan mengintegrasikan regulasi yang kuat, teknologi modern, serta koordinasi antar instansi, Indonesia dapat memanfaatkan potensi kolaborasi riset internasional sambil tetap melindungi aset strategisnya dari ancaman eksploitasi.

“Tanpa langkah ini, aktivitas penelitian asing dapat menjadi ancaman laten yang sulit dikendalikan,”  ujarnya

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya