Pakar Intelijen Nilai Kemajuan Polri Jaga Stabilitas Keamanan Nasional 2024
- Istimewa
Jakarta, VIVA – Tahun 2024 dipenuhi dengan tantangan terkait keamanan, ketertiban dan penegakan hukum. Namun demikian, tantangan itu dapat tertangani dengan baik oleh institusi kepolisian sebagai alat negara yang bertugas di bidang keamanan, ketertiban dan penegakan hukum.
Demikian disampaikan pakar intelijen, pertahanan dan keamanan, Ngasiman Djoyonegoro.
Menurut pria yang akrab dipanggil Simon ini, selain 2024 merupakan tahun Pemilu dan Pilkada, dimana kerawanan potensi gangguan meningkat, pada tahun ini pula berbagai kasus yang banyak menjadi perhatian masyarakat dapat tertangani dengan baik.
“Kita lihat misalnya ada judi online yang banyak merugikan masyarakat dapat diberantas. Ini menunjukkan bahwa Polri mendengar dan memperhatikan aspirasi masyarakat,” kata Simon.
Kolaborasi dan sinergi dengan TNI juga dilakukan sepanjang tahun 2024 dimana operasi bersama ini telah berhasil membebaskan pilot Susi Air yang disandera oleh KKB di Papua.
“Narkoba dan korupsi yang selama ini mengganggu kehidupan masyarakat tak luput dari fokus utama target kerja Polri,” kata Simon.
Sementara itu, salah satu program Polri Presisi, yaitu penguatan pengawasan pelanggaran oleh anggota Polri mengalami penurunan signifikan, baik pelanggaran disiplin maupun pelanggaran etik.
“Strategi Polri Presisi yang salah satunya menyasar pengawasan internal Polri memang terbukti cukup efektif dan tepat sasaran untuk menekan berbagai pelanggaran disiplin dan etik. Karena hal ini yang banyak menjadi masukan dari masyarakat” kata pria yang akrab dipanggil Simon ini.
Tercatat, sepanjang 2024, pelanggaran disiplin anggota Reserse mengalami penurunan dari 351 menjadi 159 atau 46 persen. Sementara pelanggaran etik angkanya menurun dari 461 menjadi 196 atau 42 persen. Penertiban anggota reserse bertujuan untuk meningkatkan efektifitas dalam penyidikan dan penindakan terhadap kasus kriminalitas.
Mengenai peristiwa atau berbagai kasus pelanggaran terkait dugaan penyalahgunaan senjata api oleh Anggota Polri, Simon berpendapat bahwa perlu adanya komunikasi dan penyampaian informasi yang lebih komprehensif mengenai situasi yang berkembang sehingga tidak salah diterima oleh masyarakat.
Polri sudah seharusnya memproses dan menangani secara lebih proporsional dan akuntabel supaya tidak terjadi demoralisasi dan demotivasi di lingkungan Polri. “Ada sejumlah hal yang harus diseimbangkan secara bersamaan, yaitu kepercayaan publik, pengawasan internal, dan penguatan mental dari Anggota Polri itu sendiri,” kata Simon.
Dalam pandangan Simon, Polri ke depan perlu melakukan evaluasi terhadap regulasi, sistem pengawasan dan sistem rekrutmen. “Misalnya saja, perlu pengaturan lebih rigid terkait izin penggunaan senjata api, penggunaan peluru tajam dan sebagainya,” kata Simon.
“Saya yakin dengan pembinaan yang terus menerus, keteladanan kepemimpinan dari level Perwira Pertama (Pama), Perwira Menengah (Pamen) hingga top manager di kepolisian dapat memberikan motivasi kepada seluruh Anggota Polri untuk lebih profesional dan tegak lurus terhadap peraturan perundangan yang berlaku,” kata Simon.
“Di akhir tahun 2024 ini, mewakili sejumlah pihak, kami menyampaikan rasa terima kasih kepada jajaran Polri di seluruh pelosok negeri yang telah bertugas dengan penuh loyalitas dan dedikasi, semoga tahun 2025 Polri semakin terus bertransformasi menjadi lebih baik untuk mendukung program pembangunan dan mengawal asta cita untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045,” pungkas Simon.