Profil Yos Suprapto, Seniman yang Pameran Tunggalnya Dibatalkan di Galeri Nasional

Yos Suprapto dan pameran lukisan Konoha
Sumber :
  • Dok Todung Mulya Lubis

Jakarta, VIVA – Dunia seni rupa Tanah Air diguncang oleh keputusan pembatalan sebagian karya Yos Suprapto dari pameran tunggalnya bertajuk “Kebangkitan: Tanah untuk Kedaulatan Pangan”.

Tiga lukisan yang menggambarkan sosok Raja Jawa dilarang dipamerkan di Galeri Nasional Indonesia (GNI). Polemik ini menyebabkan pameran yang direncanakan berlangsung pada 19 Desember 2024 hingga 19 Januari 2025 itu ditunda.

Keputusan tersebut datang setelah Menteri Kebudayaan Fadli Zon mengintervensi dengan alasan kurasi dan teknis, meskipun Yos Suprapto telah mempersiapkan pameran tersebut sejak 2023 dengan bantuan kurator Suwarno Wisetrotomo.

Profil Yos Suprapto

Lukisan Konoha Yos Suprapto

Photo :
  • Ist

Yos Suprapto, pria kelahiran Surabaya, 26 Oktober 1952, dikenal sebagai pelukis yang kerap menyuarakan kritik sosial dan isu lingkungan melalui karyanya.

Sejak usia muda, Yos telah menunjukkan kepedulian terhadap masalah sosial. Ia pernah menjadi aktivis mahasiswa pada era Orde Baru dan berkontribusi sebagai ilustrator majalah independen bawah tanah.

Yos sempat mengenyam pendidikan seni di ASRI Yogyakarta sebelum keluar pada 1973. Ia kemudian menyelesaikan gelar PhD di bidang Sosiologi Kebudayaan dari Southern James Cook University, Australia, dan tinggal di sana selama 25 tahun.

Menyelami Karya Seni dan Budaya Pop Indonesia di Vans Thursday Blast

Selain melukis, Yos juga ahli di bidang pertanian biodinamik, dengan pengalaman lebih dari satu dekade meneliti mineral dan teknologi ramah lingkungan.

Sebagai pelukis, Yos memiliki gaya khas dengan garis abstrak dan penggunaan warna seperti hitam, merah, biru, hijau, coklat, kuning, dan putih. Karyanya sering kali mengangkat tema keprihatinan sosial, budaya agraris, dan kritik terhadap pemerintah.

Seniman Papua Bawa Pesan Ekologis di Jakarta Biennale 2024

Yos telah menggelar berbagai pameran tunggal, di antaranya:
    •    “Bersatu Dengan Alam” (1994) di Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
    •    “Barbarisme: Perjalanan Anak Bangsa” (2001) di Galeri Nasional Indonesia.
    •    “Mata Hati Demokrasi” (2002) di Taman Budaya Surakarta.
    •    “Republik Udang” (2005) di Tembi Gallery, Yogyakarta.
    •    “Arus Balik Cakrawala” (2017) di Galeri Nasional Indonesia.

Karyanya sering menuai kontroversi karena dianggap berani mengkritik pemerintah dan kondisi sosial masyarakat. 

Indonesian Dance Festival (IDF) Digelar, Libatkan 50 Lebih Seniman dari Indonesia, Jepang Hingga AS
Pameran Lukisan Jejak Juang Indonesia di Purbalingga, Jawa Tengah.

Penuh Seni, Perayaan HUT Purbalingga Jadi Role Model Pelestarian Budaya

Purbalingga merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang memiliki beragam sejarah. Mulai dari banyaknya peninggalan zaman purba, menjadi kerajaan tertua di Jawa.

img_title
VIVA.co.id
24 Desember 2024