Pemilik Homestay Bongkar Sifat Asli Agus Buntung, Sehari Bawa Cewek Berbeda Sebanyak Ini
- tvOne
Mataram, VIVA – Pemilik homestay yang menjadi salah satu lokasi kasus pelecehan seksual Agus Buntung akhirnya angkat bicara. Ia mengungkapkan bahwa tersangka, yang memiliki nama asli I Wayan Agus Suartama atau Iwas, kerap membawa wanita berbeda-beda ke penginapannya di Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Bahkan, dalam satu hari, Iwas atau akrab disapa Agus Buntung pernah terlihat membawa tiga perempuan.
"Yang waktu pas acara saya waktu itu harus libur, kalau nggak salah siang dua kali, sama malam itu satu kali. Kayaknya tiga kali dalam sehari dengan cewek yang berbeda." kata Pemilik Homestay Langganan Agus, Shinta dikutip tvOne.
Ia menambahkan bahwa selama ini tidak ada hal mencurigakan yang terjadi di penginapannya.
"Mereka sudah cukup intim masuk, seperti orang pacaran gitu. Kan dia nggak ada teriak atau apa. Kalau seandainya dia teriak kan sudah, mungkin saya akan tolong."tambahnya.
Menanggapi spekulasi yang beredar, pemilik homestay menegaskan bahwa ia tidak memiliki hubungan kerja sama apa pun dengan tersangka Agus Buntung.
"Di sini saya tegaskan, tidak ada kerja sama dengan pihak Agus Buntung," tekan Shinta.
"Kenapa kemarin pengacaranya bertanya, kenapa kok saya nggak ditanya? Bagaimana saya mau bertanya, sedangkan mereka sudah cukup intim masuk, seperti orang pacaran gitu. Kan dia nggak ada teriak atau apa. Kalau seandainya dia teriak kan mungkin saya akan tolong." sambungnya.
Sebelumnya diberitakan, Proses rekonstruksi kasus Agus Buntung yang digelar baru-baru ini menarik perhatian publik. Sebanyak 49 adegan diperagakan, lebih banyak dari rencana awal yang hanya mencakup 28 adegan. Rekonstruksi dilakukan di tiga lokasi di Kota Mataram: Taman Udayana, area pinggiran Islamic Center, dan sebuah penginapan yang diduga menjadi lokasi pemerkosaan.
Wakapolda NTB Brigjen Pol Ruslan Aspan memimpin langsung proses rekonstruksi yang turut dihadiri tim dari Itwasum Mabes Polri, pihak kejaksaan, serta lembaga pemerhati perempuan dan anak.
Namun, suasana memanas ketika warga yang menyaksikan proses rekonstruksi meluapkan emosi mereka terhadap tersangka. Sebagian warga bahkan berteriak, mencerminkan kegeraman atas tindakan keji yang dituduhkan kepada Agus, yang sebelumnya sempat menuai simpati karena kondisi fisiknya sebagai penyandang disabilitas tanpa tangan.