Kesaksian Teman Korban Agus yang Jemput dari Homestay: Korban Trauma Berat dan Hampir Lompat dari Motor
- tvOne
Jakarta, VIVA – Kasus dugaan pelecehan oleh Pria penyandang disabilitas I Wayan Agus Suartama atau yang akrab disapa Agus Buntung alias Iwas terus mengungkapkan fakta mencengangkan.
Seorang saksi sekaligus teman korban, Anasta Rais Anugrah, membeberkan kronologi saat pertama kali menjemput korban yang mengalami trauma berat.
Dalam program Catatan Demokrasi tvOne, Anasta Rais, yang sempat dihubungi dalam keadaan darurat, menceritakan pengalaman pahit temannya itu setelah keluar dari sebuah homestay.
"Saya rekan korban yang ngebantu korban ini setelah balik dari homestay, korban ini tiba-tiba menelepon saya dalam keadaan darurat, dalam keadaan nangis," kata Anasta Rais.
Anasta Rais awalnya bingung mendapatkan telepon darurat dari korban yang menangis tanpa menjelaskan apa-apa dan tanpa alasan mengapa ia harus menjemput korban di suatu homestay.
Dengan membawa seorang teman, Anasta segera menemui korban di lokasi yang disebutkan. Di sana, ia mendapati korban bersama pelaku, Agus Buntung.
Ketika ditanya mengapa korban dibawa ke homestay, Agus yang merupakan penyandang disabilitas menjawab kasar dengan dalih meminta tolong ke korban untuk memperbaiki almamaternya.
Pada saat itu korban masih belum bisa menjelaskan, dan Anasta Rais juga belum mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, hingga akhirnya korban dibawa Rais ke sebuah minimarket.
Setelah berhasil membawa korban ke sebuah minimarket, barulah fakta mengejutkan terungkap. Korban mengaku menjadi korban percobaan pemerkosaan oleh Agus Buntung.
Mendengar hal itu, Anasta Rais langsung membawa korban ke Polda NTB, meskipun ia sudah mendapatkan ancaman dari Agus Buntung bahwa ia mengaku memiliki ilmu hitam.
Bahkan menurut pengakuan teman korban, korban mengalami trauma berat, sepanjang perjalanan korban menangis dan sempat ingin loncat dari sepeda motor yang sedang melaju.
"Ketika dia (korban) ngaku ke saya bahwa dia dibawa ke homestay untuk diperkosa, akhirnya di situ saya langsung membawa korban ke Polda NTB, dan dalam perjalanan korban ini ketakutan sambil nangis, bahkan dia (korban) hampir loncat dari atas motor ketakutan dengan si Agus ini," katanya.
Anasta Rais pun yakin, dengan melihat traumanya temannya itu yang menjadi korban, ia meyakini bahwa tindakan pelecehan bahkan percobaan pemerkosaan itu tidak didasarkan suka sama suka seperti pengakuan Agus Buntung, akan tetapi merupakan paksaan dengan cara manipulatif di awal.
Salah satu korban pun sudah menceriakan kronologi lengkapnya di Catatan Demokrasi tvOne, modus Agus alias Iwas untuk merayu korban adalah dengan cara membuat korban merasa iba dan kasihan.
Korban mengaku, Agus Buntung itu merasa banyak tidak dihargai oleh lingkungan sekitarnya, bahkan ia mencoba untuk bunuh diri dengan menanyakan ke korban "apakah saya (Agus Buntung) berhak untuk hidup?".
Namun karena korban merasa Iba korban pun akhirnya terbujuk rayuannya untuk mengobrol di Taman Udayana di Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), hingga akhirnya Agus Buntung mengantarkan korban pulang malam-malam.
Namun, Agus justru mengarahkan korban ke jalan kecil dan sepi, lalu menunjukkan sebuah rumah untuk beristirahat. Korban terus meminta untuk pulang, tetapi Agus tetap memaksa.
Akhirnya, korban mengikuti permintaan Agus dan pergi ke sebuah homestay. Dalam kondisi bingung dan pikirannya kosong, korban mengaku menuruti perintah Agus yang meminta untuk mengunci kamar.
Berdasarkan cerita salah satu korban, Agus Buntung bahkan mengancam bahwa jika ada warga yang melihat mereka, korban akan dipaksa menikah dengan pelaku. Selain itu, Agus mengklaim memiliki keluarga di kepolisian yang bisa menahan korban jika menolak menuruti kemauannya.
Hingga kini, kasus ini masih dalam penanganan pihak berwenang dari Polda NTB. Pengakuan korban dan saksi menjadi bukti penting dalam mengungkap kebenaran atas tindakan Agus Buntung.