Marak Pelajar-Mahasiswa Terjebak Judol, Asrorun Niam: Mereka Korban dari Sistem yang Belum Protektif
- Pexels.com
Jakarta, VIVA - Fenomena merebaknya judi online atau judol kini jadi perhatian sekaligus persoalan besar yang mesti ditangani pemerintah. Penyalahgunaan judol kini pun sudah menyeret generasi muda dari pelajar hingga mahasiswa.
Deputi Pemberdayaan Pemuda Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) RI, Asrorun Niam Soleh menyoroti perubahan masyarakat konvensional menuju digital yang bawa dampak termasuk terhadap tingginya angka penyalahgunaan ruang digital.
Dia pun mengutip data judol di Tanah Air yang bisa dianggap dalam kondisi darurat. Hingga per 19 November 2024, sebanyak 8,8 juta orang Indonesia telah jadi korban judi online. Bahkan, makin menyedihkan karena 960 ribu di antaranya adalah pelajar dan mahasiswa.
Asrorun berharap remaja yang jadi korban judol direhabilitasi, bukannya dihukum secara pidana. Ia mengatakan demikian karena para generasi muda itu jadi korban yang belum protektif.
“Mereka ini merupakan korban dari sistem yang belum cukup protektif. Jadi penanganan yang utama adalah direhabilitasi, jangan menggunakan pendekatan punitif,” kata Asrorun dalam diskusi di Jakarta yang dikutip pada Senin, 2 Desember 2024.
Menurut dia, banyak korban judol yang terjebak praktik haram karena ketidakpahaman.
"Sering kali bermula dari iseng-iseng hingga akhirnya terjebak di jalan yang sesat. Hal ini terjadi karena kurangnya literasi digital dan kesempatan kerja yang terbatas," jelas Asrorun.
Pun, dia menambahkan dengan contoh kasus Fajri, pemuda berusia 23 tahun di Sumatera Barat. Ia menceritakan Fajri yang awalnya menganggur, tergiur tawaran jadi admin judol internasional.
"Dari admin, dia akhirnya menjadi pengembang situs judi online dengan penghasilan hingga Rp 200 juta per bulan," lanjut Asrorun.
Dijelaskan Asrorun, pihak Kemenpora tak tinggal diam karena melihat remaja Indonesia dibuai dengan mimpi palsu yang disodorkan para bandar. Kata dia, Kemenpora sudah membuat banyak kegiatan yang mendorong kreatifitas anak muda. Langkah itu dilakukan agar energi mereka tidak tersalurkan ke jalan yang salah.
“Pertama ada digipreneur, mengembangkan potensi entrepreneurship atau kewirausahaan berbasis digital. Lalu setiap Jumat ada Ngoprek Digital, anak-anak muda tiap Jumat kumpul di Kemenpora untuk mengembangkan kreatifitas dan potensi digitalnya," jelas Asrorun.
Selain itu, Kemenpora juga mendukung anak muda bisa menjadi profesi yang menghasilkan cuan seperti content creator.
"Content creator, youtuber dan profesi lain yang basisnya digital. Dari awalnya santai, sekarang bisa duduk di pantai sambil mendatangkan nilai ekonomi,” ujar Asrorun.
Dia bilang upaya penting dalam upaya itu dengan menghadirkan langkah promotif. "Misalnya dengan memberi bantuan akses permodalan dan membuat lomba-lomba kreativitas berbasis digital. Termasuk mas Menteri (Menpora) juga menginisiasi youth mental health untuk kesehatan mental anak muda," ujarnya.