Gunung Marapi Turun Status Lagi Jadi Level II Waspada
- VIVA.co.id/Andri Mardiansyah (Padang)
Padang, VIVA – Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) kembali merilis perubahan status aktivitas Gunung Marapi, Sumatera Barat. Berdasarkan hasil monitoring, PVMBG memutuskan menurunkan kembali status Marapi dari level III alias siaga menjadi level II waspada.
Kepala Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Muhammad Wafid menyebut bahwa secara visual aktivitas Marapi bersifat fluktuatif di mana pada minggu ini masih cenderung melanjutkan penurunan.
Aktivitasnya kata Wafid, didominasi oleh hembusan dengan tinggi asap yang teramati maksimum 150 meter di atas puncak. Erupsi yang terjadi, tidak teramati secara visual karena tertutup kabut atau awan, namun jangkauan lontaran material letusan diperkirakan jatuh di sekitar area kawah.
"Sedangkan, gempa letusan atau erupsi masih terekam namun dengan jumlah yang sangat jarang dan cenderung menurun. Gempa hembusan juga masih melanjutkan penurunan," kata Wafid dikutip dari keterangan resminya, Senin 2 Desember 2024.
Dijelaskan Wafid, aktivitas kedua jenis gempa ini sebagai manifestasi dari pelepasan energi dari adanya fluktuasi gempa vulkanik terutama vulkanik dalam yang berkaitan dengan pasokan atau intrusi magma dari kedalaman.
"Pada Minggu ini, gempa vulkanik dalam menurun kembali bila dibandingkan dengan satu minggu sebelumnya dan untuk gempa tektonik lokal di sekitar Marapi masih aktif terjadi yang bisa jadi berkaitan dengan dinamika dari intrusi magma,"ujar Wafid.
Berdasarkan evaluasi data-data pemantauan kata Wafid, maka secara umum aktivitas Marapi bersifat fluktuatif dengan kecenderungan menurun terutama dalam waktu satu minggu terakhir.
Menurut Wafid potensi terjadinya letusan masih tetap ada, namun berdasarkan data pemantauan sampai saat ini kecil kemungkinan akan terjadi letusan besar seperti Desember 2023.
"Erupsi atau letusan dapat terjadi sewaktu-waktu sebagai bentuk pelepasan dari akumulasi energi dengan potensi bahaya dari lontaran material letusan diperkirakan berada di dalam wilayah radius 3 kilometer dari pusat aktivitas (Kawah Verbeek), terutama di sekitar area puncak G. Marapi," kata Wafid.
Dia menambahkan, untuk abu erupsi dapat berpotensi mengganggu saluran pernapasan dan penerbangan, yang penyebarannya mengikuti arah dan kecepatan angin. Di samping itu material erupsi yang jatuh dan terendapkan di bagian puncak dan lereng Marapi selama ini masih tetap berpotensi menjadi lahar saat bercampur dengan air hujan.
Aliran atau banjir lahar itu, dapat terjadi pada lembah, bantara atau aliran sungai-sungai yang berhulu di bagian puncak Marapi, sehingga hal ini harus tetap diwaspadai. Di area kawah atau puncak juga terdapat potensi bahaya dari gas-gas vulkanik beracun seperti gas CO2, CO, SO2, dan H2S.
"Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi secara menyeluruh maka terhitung dari tanggal 1 Desember 2024 pukul 15:00 WIB tingkat aktivitas Marapi diturunkan dari level III menjadi Level II dengan rekomendasi yang disesuaikan dengan potensi atau ancaman bahaya terkini," ujar Wafid.