Pernyataan Soal Partai Coklat Gerak di Pilgub Sumut Dinilai Bikin Masa Tenang Tak Nyaman
- VIVA.co.id/B.S. Putra (Medan)
Jakarta, VIVA - Pernyataan Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, soal partai cokelat atau parcok terlibat pemenangan kandidat tertentu pada pilkada serentak 2024, dinilai bisa bikin suasana jadi tak nyaman. Apalagi saat ini sedang memasuki masa tenang sebelum pencoblosan pada 27 November 2024.
"Saya sangat menyayangkan kenapa beliau mengeluarkan statement seperti itu? Partai coklat yang dimaksud itu siapa? Apakah ini tuduhan terhadap mohon maaf, Polri? Saya berharap para kontestan dan elite politik membawa dan mengawal suasana lebih sejuk, damai, dan jauh dari isu SARA, provokasi dan hasutan," ucap Ketua Umum PP Pemuda Katolik, Stefanus Gusma, Senin, 25 November 2025.
Menurutnya, informasi tersebut perlu diluruskan agar publik dapat tahu. Katanya, publik perlu pencerahan, tapi pencerahan akan gagasan dan visi misi. Bukan hoaks, fitnah, dan hasutan.
"Saya sendiri masih sangat percaya dengan Polri, publik pun juga saya yakin masih percaya terhadap institusi ini. Tingkat kepercayaan terhadap Polisi pun berangsur-angsur meningkat pasca penanganan serius terhadap kasus Sambo, dan kepercayaan ini lebih tinggi dari kepercayaan publik terhadap partai politik," ujarnya.
Apalagi, lanjutnya, jika merujuk survei yang dilakukan Litbang Kombas pada Juni 2024, menempatkan Polri di peringkat kedua dengan 73 persen tingkat kepercayaan publik.
Dia menambahkan, kalau memang di lapangan ada fakta temuan oknum aparat bermain, hendaknya pihak yang menyuarakan itu melapor ke ruang resmi yang diatur konstitusi untuk memproses hal tersebut.
"Kalau ada oknum main-main, ya laporkan ke propam atau lapor ke jajaran di atasnya. Sejauh ini juga sudah ada kok oknum anggota polisi yang ditindak karena tidak netral dalam berbagai kasus. Jadi memakai diksi keterlibatan partai coklat juga menurut saya berlebihan dan tidak bijaksana," jelas dia.
Lebih lanjut dia mengatakan, demi kenyamanan bersama, masyarakat diajak untuk tak langsung menerima informasi di masa tenang ini. Pasalnya, bisa jadi informasi yang ada merupakan analisa konspirasi, bukanlah fakta yang ada.
"Jangan memakai analisa konspirasi untuk memperkuat argumentasi atas agenda politis yang taruhannya adalah persatuan nasional. Melempar sesuatu yang tidak berdasarkan fakta atau hoaks bahkan fitnah ke publik selain punya konsekuensi hukum, tentu punya konsekuensi sosial," katanya lagi.
Sebelumnya diberitakan, Hasto menilai Presiden RI ke-7, Joko Widodo (Jokowi) menggunakan 'macan' berupa partai coklat (parcok) untuk memenangkan pasangan calon tertentu dalam kontestasi Pilkada serentak 2024.
Hal tersebut diungkap Hasto saat menanggapi pernyataan politikus Gerindra Maruarar Sirait atau Ara, yang menilai dukungan Anies Baswedan kepada cagub-cawagub Jakarta, Pramono Anung-Rano Karno, bakal membangkitkan macan tidur, yakni Presiden Prabowo Subianto dan Jokowi.
"Jokowi memang mencoba memakai macan berupa partai cokelat (Parcok) untuk pemenangan kandidat tertentu pada pilkada serentak 2024," ujar Hasto kepada wartawan di Jakarta, dikutip Senin, 25 November 2024.
Ia mengaku partai coklat sudah bergerak masif di Sumatera Utara (Sumut) demi menahan gerak politik pasangan calon, Edy Rahmayadi - Hasan Basri Sagala.
"Jadi, keterlibatan partai coklat itu nyata di Sumatera Utara, kami sangat khawatir sangat prihatin dengan Letnan Jenderal TNI Purnawirawan Edy Rahmayadi yang diblok sedemikian rupa, sehingga untuk dana saksi saja itu tidak tersedia," ujarnya.