Polda Jateng Tangkap 29 Pelaku Perdagangan Orang, Kerugian Capai Rp60 Juta per Korban

Polda Jateng tangkap pelaku TPPO dengan korban 40 orang
Sumber :
  • Teguh Joko Sutrisno

Semarang, VIVA – Polda Jateng mengungkap 28 kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) pada bulan November 2024. Petugas menangkap 29 tersangka yang telah menjerat korban sebanyak 40 orang.

41 Tersangka Perdagangan Orang Diringkus Polda Jatim, Ada yang Dijual Jadi PSK

Dirreskrimum Polda Jateng Kombes Pol Dwi Subagio mengatakan, rincian kasus tersebut dari laporan polisi yang diterima oleh Ditreskrimum dan jajaran dalam kurun waktu bulan November 2024.

"Enam di antaranya merupakan kasus TPPO Pekerja Migran Indonesia (PMI) ke luar negeri, sementara dua puluh dua laporan lainnya adalah kasus TPPO dalam negeri dan saat ini dalam proses penyidikan," kata Kombes Pol. Dwi Subagio di Mapolda Jateng, Jumat (22/11/2024).

Bareskrim Bongkar 397 Kasus TPPO dengan 482 Tersangka Selama Sebulan, Begini Modus Para Pelaku

Saat ini, lanjutnya, telah ditetapkan sebanyak 23 tersangka untuk kasus TPPO dalam negeri dan 2 tersangka untuk kasus TPPO ke luar negeri, serta 4 orang terlapor lainnya.

Polda Jateng tangkap pelaku TPPO dengan korban 40 orang

Photo :
  • Teguh Joko Sutrisno
Keberangkatan Puluhan Pekerja Migran Non-Prosedural Digagalkan, 6 Orang Ditangkap Polisi

"Selain penetapan tersangka yang sudah dilakukan, saya jelaskan bahwa untuk korban sebanyak 40 orang terdiri dari korban TPPO dalam negeri berjumlah 28 orang, sedangkan korban yang diberangkatkan ke luar mencapai 12 orang," katanya.

Kerugian yang dialami para korban ditaksir mencapai Rp 35 juta hingga Rp 60 juta per orang. 

Secara rinci dijelaskan terkait modus operandi TPPO ke luar negeri antara lain, yang pertama adalah perekrutan tanpa izin resmi dengan menjanjikan gaji besar untuk bekerja di negara seperti Singapura dan Malaysia, padahal dokumen yang digunakan tidak lengkap.

Kemudian yang kedua, penempatan pekerja tanpa biaya awal, namun gaji dipotong selama 2-3 bulan sebagai imbalan setelah bekerja.

Ketiga, pengiriman tenaga kerja tanpa izin yang sesuai dengan peraturan pemerintah.

"Kami memastikan bahwa setiap langkah yang diambil adalah bentuk nyata dari keberpihakan Polri terhadap keselamatan masyarakat," terang Kombes Pol Dwi Subagio.

Modus-modus yang sering kali digunakan adalah tipu daya yang membuat korban percaya bahwa mereka akan mendapatkan pekerjaan yang layak. Padahal, kenyataannya mereka dieksploitasi.

Para pelaku dijerat dengan pasal 81, pasal 83 UU RI Nomor 18 Tahun 2017 tentang Perlindungan Pekerja Migran Indonesia dan pasal 4 UU RI Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang.

Sebagai upaya pencegahan Polda Jateng telah melakukan beberapa tindakan di antaranya sosialisasi intensif kepada masyarakat tentang bahaya perdagangan orang, koordinasi dengan instansi terkait, seperti BP2MI, dinas tenaga kerja, dan Ditjen Imigrasi, patroli siber untuk memantau praktik ilegal yang melibatkan perekrutan tenaga kerja.

Selain itu, penegakan hukum tegas terhadap pelaku untuk memberikan efek jera serta Pemulihan kesehatan korban, baik secara fisik maupun psikologis, untuk memulihkan dampak buruk yang mereka alami.

Sementara itu Kabid Humas Polda Jateng, Kombes Pol Artanto, menegaskan komitmen Polri dalam memberantas perdagangan orang.

"Polda Jateng tidak akan berhenti memberikan perlindungan kepada masyarakat dan memastikan para pelaku mendapatkan hukuman sesuai hukum yang berlaku. Upaya kami ini bertujuan untuk menjaga martabat dan keselamatan masyarakat, terutama pekerja migran,"  kata Kabid Humas. (Teguh Joko Sutrisno/Semarang)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya