Menkomdigi Meutya Hafid Imbau Pelajar Main Gadget Maksimal 8 Jam Sehari, Biar Mental Sehat

Menkomdigi Meutya Hafid.
Sumber :
  • VIVA.co.id/M Ali Wafa

Jakarta, VIVA - Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) RI, Meutya Hafid meminta kepada para pelajar untuk tidak menggunakan gadget secara berlebihan. Bukan tanpa alasan, ia menyebut gadget bisa membuat mental menjadi tidak sehat.

Mendikti Saintek Blak-blakan soal 960 Ribu Pelajar dan Mahasiswa Terlibat Judi Online

Bahkan, Meutya menilai para pelajar bisa memainkan gadgetnya dengan waktu maksimal 8 jam sehari.

"Jangan lebih dari sekian jam. Tapi saya rasa 5 jam, 8 jam udah paling maksimal. 8 jam itu udah 1 per 3 dari waktu yang Allah berikan dalam 1 hari. Kalau bisa 5 jam saja, mungkin baik," ujar Meutya kepada wartawan di SMAN 92, Jakarta Utara, Selasa, 12 November 2024.

Komdigi Sering 'Digugat' Bandar Judol karena Hal Ini

"Meskipun adik-adik melakukan hal yang tidak melanggar hukum, kalau terus-terusan, maka itu membuat kita secara mental tidak sehat," sambungnya.

Di sisi lain, ia pun bercerita tentang kasus seorang anak yang jatuh cinta pada aplikasi ChatGPT (Generative Pre-Training Transformer). Akibat dari kecanduan terhadap teknologi, anak itu pun mengakhiri hidupnya. 

Komdigi Surati Google, Meta, hingga TikTok untuk Blokir 'Keyword' Judi Online

Chat GPT merupakan sebuah teknologi kecerdasan buatan (AI) yang dapat berinteraksi dengan manusia melalui percakapan berbasis teks.

Maka itu, ia juga mengimbau agar anak-anak tidak terlalu sering berkomunikasi menggunakan gadget.

"Meskipun di rumah sama-sama, tapi sebetulnya komunikasinya bukan dengan orang tua, tapi dengan mesin. Ada anak muda umurnya saya lupa, tapi sekitar usia adik-adik. Adik-adik tahu chat GPT? Ada yang sampai, mohon maaf, Bunuh diri karena dia merasa lebih dekat dengan chat GPT itu. Dan akhirnya bunuh diri karena ketergantungan, jatuh cinta sama mesin," kata Meutya. 

"Dia ngobrol setiap hari sama chat GPT-nya, semua curhatannya bukan lagi kepada orang tua, bukan lagi kepada sahabat, bukan lagi kepada kakak, adik, abang, tapi ke mesin. Lama-lama dia merasa ketergantungan, dan karena dia ingin bertemu mesin yang ia cintai itu, ia bunuh diri," sambungnya.

Kendati demikian, Meutya tetap tidak membatasi para pelajar dalam penggunaan gadget maupun internet. Ia hanya mengingatkan dampak dari penggunaan gadget secara berlebihan dapat merusak mental.

"Saya nggak mau jadi otoriter, mengatur. Adik-adik hanya sekian jam, saya kembalikan. Bisa tidak mengatur waktu dengan internet? Perlu kita larang tidak internetnya? Tidak, ini masukan ya, supaya saya juga dapat masukan," pungkasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya