Debat Pertama Pilkada Depok, Pertanyaan Gentrifikasi dan Joget Sadbor Bikin Gagal Fokus Imam-Ririn
- VIVA.co.id/Rinna Purnama (Depok)
Depok, VIVA – Komisi Pemilihan Umum (KPU) Depok telah menggelar debat pertama Pilkada Depok 2024 pada Minggu 3 Oktober 2024 malam di Studio tvOne, Jakarta. Debat perdana mengusung tema Ekonomi Pembangunan Berkelanjutan.
Di Pilkada Depok 2024 ada dua pasangan calon (paslon) yang ikut kontestasi. Yaitu Imam Budi Hartono (IBH)-Ririn Farabi dengan nomor urut 01 dan Supian Suri-Chandra Rahmansyah dengan nomor urut 02.
Di sesi awal, tiap paslon menyampaikan visi misi. Kemudian dilanjut dengan menjawab pertanyaan panelis dan saling menanggapi jawaban masing-masing. Dalam sesi saling tanya, ada hal yang menarik perhatian di mana Imam-Ririn tidak memahami pertanyaan Supian mengenai gentrifikasi.
“Bagaimana tanggapan pasangan nomor 01 mengenai gentrifikasi,” tanya Supian pada paslon 01, Senin 4 November 2024.
Imam pun sempat mengkonfirmasi kembali pertanyaan tersebut. Setelah itu Imam menjawab mengenai perempuan.
“Ini yang dimaksud genderisasi? Ya kalau bicara genderisasi ya di sebelah kami adalah perempuan, jadi jelas kami tidak hanya kata-kata, kami tidak hanya janji bahwa kami langsung membuat program bagi perempuan,” jawab Imam.
Usai Imam menjawab, Supian mengatakan bahwa maksud pertanyaanya bukan seperti yang dijawab Imam. Supian pun menjelasan mengenai gentrifikasi yang dimaksud.
“Enggak nyambung pasangan 01. Gentrifikasi adalah permasalahan kota di mana hadirnya kelompok orang yang punya kemampuan hadir di lingkungan masyarakat, membeli lahan sehingga lahan itu menjadi mahal sehingga masyarakat kita yang boleh dibilang menengah ke bawah ini menjadi terpinggirkan. Sehingga harus ada upaya pemerintah kota pemerintah daerah bagaimana menjaga mereka untuk tetap menjadi bagian mendapat lapangan pekerjaan," kata Supian memberi penjelasan.
Kemudian calon Wakil Wali Kota Depok nomor urut 02, Chandra menimpali jawaban paslon 01.
“Ya saya cuma menekankan tadi gentrifikasi juga saya belum pernah dengar istilah genderfikasi, saya belum pernah ada istilah itu ya, makasih,” kata Chandra.
Selanjutnya, Supian meminta tanggapan kepada Imam-Ririn mengenai fenomena joget Sadbor. Ririn pun yang menjawab pertanyaan Supian dengan membahas mengenai tingkat kemiskinan di Depok.
“Tanggapan dari pasangan nomor 01 tentang kemiskinan di mana saat ini marak fenomena joget Sabdor di Sukabumi?” tanya Supian.
Ririn menjawab bahwa untuk mengatasi kemiskinan merupakan pekerjaan rumah tapi harus tahu data bahwa kemiskinan Kota Depok terendah se-Pulau Jawa dan terendah keempat secara nasional. Ririn mengaku tidak berhenti begitu saja dengan melanjutkan program KDS plus dan program Kartu Sakti Yatim Sejahtera dan pemberikan modal usaha bagi Perempuan.
“Harapannya dengan ini masyarakat Kota Depok dapat sejahtrera dengan pemberian modal sehingga kemiskinan yang ada dapat turun,” jawab Ririn.
Supian kembali menjelaskan mengenai pertanyannya adalah soal fenomena sosial yang terjadi yaitu joget Sadbor. Dia pun mengatakan mengatakan saat ini kemisikinan Depok sebanyak 61.000 dan harus segara ditangani.
“Terkait dengan teknologi, fenomena Sadbor (viral joget sadbor di TikTok – red) ini adalah permasalahan tersendiri bagaimana teknologi harus mengedukasi masyarakat sehingga tidak terjebak pada seperti yang terjadi di Sukabumi terjadi joget Sadbor. Kami berharap semua warga Depok merasakan arti pembangunan sehingga program itu tidak hanya dirasakan sekelompok kecil orang tetapi juga dirasakan oleh seluruh masyarakat Kota Depok,” pungkasnya.