Andika Perkasa Soroti Kesenjangan Pendidikan Antardaerah di Jawa Tengah

perbedaan rata-rata lama pendidikan antar daerah merupakan masalah mendasar yang perlu segera diatasi oleh siapa pun yang nantinya terpilih sebagai gubernur.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Andrew Tito

Semarang VIVA - Calon gubernur Jawa Tengah nomor urut 01 Andika Perkasa menyoroti persoalan mendalam tentang ketimpangan pendidikan di wilayah Jawa Tengah. 

Ombudsman Usul Bansos Tak Boleh Lagi Berbentuk Beras atau Uang 

Ia menegaskan bahwa perbedaan rata-rata lama pendidikan antardaerah merupakan masalah mendasar yang perlu segera diatasi oleh siapa pun yang nantinya terpilih sebagai gubernur. 

Hal ini disampaikan Andika dalam debat publik pertama Pemilihan Gubernur Jawa Tengah yang berlangsung di MCC Semarang, Rabu malam, 30 Oktober 2024.

KPU: Idealnya Kepala Daerah Dilantik Setelah 13 Maret 2025

Cagub dan Cawagub Jateng Ahmad Luthfi-Taj Yasin dan Andika Perkasa-Hendi

Photo :
  • Teguh Joko Sutrisno

Pada kesempatan tersebut, Andika memaparkan bahwa rata-rata lama sekolah masyarakat Jawa Tengah yang berusia 25 tahun ke atas masih berada di angka delapan tahun. Artinya, sebagian besar masyarakat belum menikmati pendidikan hingga tingkat sekolah menengah atas.

Implikasi Ketergantungan pada Kecerdasan Buatan terhadap Proses Pembelajaran

“Berdasarkan data, rata-rata lama sekolah masyarakat Jawa Tengah usia 25 tahun ke atas hanya sekitar delapan tahun,” ungkap Andika dalam pernyataannya.

Andika juga menyoroti ketimpangan yang mencolok antara beberapa daerah di provinsi itu. Di beberapa kota, misalnya, rata-rata lama pendidikan bisa mencapai 11,5 tahun, sedangkan di beberapa kabupaten masih ada yang hanya 6,4 tahun.

Ketimpangan ini menunjukkan bahwa akses dan kesempatan pendidikan yang merata belum sepenuhnya tercapai di berbagai wilayah di Jawa Tengah.

Ilustrasi siswa sekolah dasar, siswa SD, murid sekolah dasar, murid SD

Photo :
  • Antara

Menurut Andika, ketimpangan dalam akses pendidikan ini berkaitan erat dengan tingkat kemiskinan. Rendahnya lama sekolah berdampak pada terbatasnya kesempatan kerja dan penghasilan, yang kemudian berkontribusi pada tingginya angka kemiskinan di Jawa Tengah. 

“Siapa pun yang terpilih sebagai gubernur harus mampu mengatasi masalah ini, terutama karena upaya menekan kemiskinan sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) yang menargetkan penghapusan kemiskinan,” ujarnya.

Andika menyoroti bahwa 10,47 persen penduduk Jawa Tengah masih berada dalam garis kemiskinan, dan angka ini perlu ditekan hingga nol pada tahun 2030 sesuai dengan target SDGs.

Menutup pernyataannya, Andika menyatakan kesiapannya untuk mengajukan gagasan, menerima kritik, dan mendiskusikan konsep-konsep perbaikan bersama calon lainnya jika diberi kepercayaan sebagai pemimpin Jawa Tengah. 

Ia menegaskan pentingnya kolaborasi dan masukan dari berbagai pihak guna mewujudkan pemerataan pendidikan dan kesejahteraan di seluruh wilayah provinsi.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya