Aktivitas Retno Marsudi Usai Tak Menjadi Menlu, Isi Seminar Bicara Pancasila Pemersatu Bangsa
- VIVA.co.id/Rinna Purnama (Depok)
Depok, VIVA – Menteri Luar Negeri periode 2014-2024, Retno Marsudi, menjalani aktivitas usai tidak lagi menjabat menteri. Ia menjadi salah satu menteri yang dinilai punya prestasi gemilang selama dua periode pemerintahan Presiden RI ke-7, Joko Widodo.
Setelah tidak lagi menjabat menlu, Retno diketahui menyempatkan diri untuk mengisi seminar. Dalam seminar yang digelar di Universitas Pancasila, Jakarta, Retno mengangkat peran Pancasila. Dia mengatakan, pentingnya penerapan Pancasila dan nilai patriotisme dalam kehidupan sehari-hari. Menurutnya, Pancasila aset pemersatu yang dimiliki bangsa Indonesia.
“Pancasila adalah aset bangsa yang menyatukan berbagai suku, budaya, dan agama,” katanya saat seminar bertema ‘Diplomasi Pancasila Bagi Dunia’ di Universitas Pancasila (UP), Rabu 23 Oktober 2024.
Dia menekankan agar generasi muda berpegang pada prinsip Pancasila sebagai kompas berbangsa dan bernegara. Retno menjelaskan, mengenai tantangan yang dihadapi Indonesia dalam menjaga martabat di tengah praktik transaksional global, serta pentingnya mendefinisikan kepentingan nasional.
“Penting untuk menjaga komitmen bangsa Indonesia terhadap Pancasila agar tetap kokoh dalam menghadapi dinamika politik global,” ujarnya.
Di tempat yang sama, mantan Duta Besar Austria dan PBB, Dr. Darmansyah Djumala menekankan pentingnya Pancasila sebagai falsafah, dasar negara, dan ideologi yang diimplementasikan dalam kebijakan luar negeri Indonesia. Dia menggarisbawahi pengakuan Pancasila sebagai "Memory of the World" oleh UNESCO, yang diharapkan dapat menginspirasi hubungan internasional.
“Ujian sejarah membuktikan bahwa Pancasila dipegang teguh oleh bangsa Indonesia dalam tiga dimensi: sebagai falsafah, dasar negara, dan ideology,” katanya mengingatkan.
Dikatakan, sebagai falsafah, Pancasila diyakini sebagai sistem nilai yang hidup dalam masyarakat. Sebagai dasar negara, Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum dan pedoman nilai dalam menyusun aturan.
“Sebagai ideologi, Pancasila memuat sekumpulan ide, gagasan, dan cita-cita dalam membangun kehidupan berbangsa dan bernegara, berperan sebagai ‘working ideology’ dalam kebijakan Negara,” ujarnya.
Sementara itu, Rektor Universitas Pancasila, Prof. Dr. Marsudi Wahyu Kisworo menambahkan, dengan seminar yang digekar diharapkan dapat memberi pengetahuan mengenai bagaimana diplomasi Indonesia dapat terus berkontribusi terhadap perdamaian dan kesejahteraan dunia. Acara ini dipandu oleh Prof. Dr. Eddy Pratomo dan dihadiri oleh para pimpinan Universitas Pancasila, serta civitas academica yang berkomitmen untuk mewujudkan visi Indonesia Emas 2045.
“Dengan penyelenggaraan seminar ini bertujuan untuk membahas bagaimana diplomasi Indonesia dapat terus berkontribusi terhadap perdamaian dan kesejahteraan dunia,” katanya.