Ibas Yudhoyono: Harus Ada Sikap Kritis dalam Dunia Pendidikan

Wakil Ketua MPR RI dari Partai Demokrat, Edhie Baskoro Yudhoyono (Dok. Istimewa)
Sumber :
  • VIVA.co.id/Rahmat Fatahillah Ilham

Jakarta, VIVA – Wakil Ketua MPR RI dari Partai Demokrat, Edhie Baskoro Yudhoyono atau akrab disapa Ibas mengajak mahasiswa di hadapannya untuk sama-sama memaknai ‘Paradox Socrates’. 

Implikasi Ketergantungan pada Kecerdasan Buatan terhadap Proses Pembelajaran

Hal tersebut disampaikan Ibas ketika menghadiri acara peluncuran dan bedah buku "Menegakkan Amanah Konstitusi Pendidikan" yang ditulis oleh Dede Yusuf M. Effendi. 

“Jadi teringat mengenai ‘Paradox Socrates’ yang berkata: Saya tahu bahwa saya cerdas karena saya tidak tahu apa-apa,” kata Ibas dalam keterangannya, Kamis, 10 Oktober 2024.

Ibas Yudhoyono Bicara Potensi AI Bantu Anak Muda Capai Generasi Emas 2045

“Mungkin terdengar membingungkan pada awalnya. Bagaimana mungkin seseorang bisa cerdas jika mereka tidak tahu apa-apa? Ternyata, Socrates percaya bahwa orang yang paling bijaksana adalah mereka yang terus belajar dan mencari pengetahuan, bukan mereka yang berpura-pura sudah mengetahui segalanya,” lanjutnya.

Edhie Baskoro Yudhoyono atau akrab disapa Ibas. Dok. Istimewa

Photo :
  • Istimewa
Anggota Dewan Usul yang Terlibat Tawuran Dihukum Ikut Pendidikan Militer

Ibas menilai ‘Paradox Socrates’ menjadi relevan jika pemerintah bisa menerapkan beberapa hal, contohnya pendidikan Indonesia harus adaptif mengacu pada kemajuan zaman, kultur namun tetap memegang erat nilai-nilai 4 pilar kebangsaan kita. 

“Harus ada sikap terbuka dan kritis dalam dunia pendidikan. Harus ada juga rasa ingin tahu yang besar dengan kerendahan hati ingin belajar dan berkembang,” kata Ibas. 

Selain itu, Ibas juga menyebut penguatan infrastruktur di bidang pendidikan juga menjadi penting seperti teknologi dan tingkat kesejahteraan tenaga pendidik.

“Harus ada penguatan infrastruktur pendidikan, teknologi, hubungan kerja dan tingkat kebahagiaan sejahtera hidup untuk para tenaga pendidik,” katanya.

Ibas juga menjelaskan bahwa beberapa negara sudah menerapkan sistem atau model pendidikan beraneka ragam. Ia pun berharap Indonesia dapat memiliki model pendidikan yang baik ke depannya.

"Di Finlandia, fokus pendidikan lebih pada pembelajaran berbasis keterampilan. Di Singapura, keunggulan dalam matematika dan sains dikedepankan. Di Jepang, dikenal pendidikan karakter dan disiplin pembelajaran seumur hidupnya. Di Belanda, kita bisa melihat pendekatan personalisasi dalam pembelajaran. Sedangkan di Kanada mengedepankan pendidikan inklusif dan dukungan yang luas,” tutur Ibas. 

Sebagai informasi, Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) hingga Wakil Presiden ke-10 dan 12 RI Jusuf Kalla (JK), menghadiri peluncuran buku bertajuk 'Menegakkan Amanat Konstitusi Pendidikan' di Ruang Abdul Muis, Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis, 10 Oktober 2024.

Buku tersebut merupakan karya anggota DPR periode 2024-2029 Dede Yusuf.

Acara peluncuran buku dibuka secara resmi oleh Wakil Ketua MPR RI dari Fraksi Demokrat Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas). Dalam sambutanya, Dede Yusuf yang merupakan Wakil Ketua Komisi X DPR RI Periode 2019-2024 menyebut buku yang ditulisnya hasil dari kegelisahannya melihat dunia pendidikan tanah air.

"Izin kan saya sebagai penulis memberikan apresiasi kepada para tokoh yang telah hadir. Ini momen langka bagi kami karena menghadirkan wakil presiden dan ketua umum saya sendiri. Ini kesempatan yamg sangat langka. Kegelisahan kami pada saat melihat dunia pendidikan saat ditugaskan memimpin Komisi X DPR, masih ada hal-hal yang harus dibereskan di dunia pendidikan," kata Dede Yusuf.

Dede Yusuf mengungkapkan sejumlah permasalahan dunia pendidikan di Indonesia, seperti mahalnya biaya pendidikan dan infrastruktur yang belum memadai. Padahal, kata Dede, konstitusi mengamanatkan anggaran pendidikan 20 persen dari APBN.

"Kami melihat mungkin perlu reformulasi kita tentang dunia pendidikan, negara harus menginvestasikan sumber daya manusianya melalui pendidikan, karena pendidikan cara mengejar bonus demografi kita," ujarnya.

Lebih lanjut, Dede Yusuf berharap lewat buku tersebut bisa menjadi referensi DPR dan pemerintahan ke depan untuk membenahi dunia pendidikan tanah air.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya