Sinergikan Kelapa dengan Padi Gogo, Solusi Strategis Tambah Pendapatan Petani
- Kementan
VIVA – Program tumpang sisip kelapa dengan padi gogo yang digagas Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Perkebunan diharapkan bisa menjadi solusi strategis yang signifikan bagi petani. Dengan target Pengembangan Areal Tanam (PAT) di Provinsi Banten khususnya Kecamatan Gunung Kencana, Kabupaten Lebak seluas 3.496 ha, realisasi program ini diperkirakan mencapai 5.285 ha atau 151% dari yang direncanakan. Keberhasilan ini menjadi sinyal positif dalam upaya peningkatan produksi pangan dan menjadi bukti efektivitas sistem tumpang sisip sebagai salah satu strategi inovatif pertanian. Hal ini menunjukkan semangat kemandirian petani dalam mendukung keberhasilan program.
Plt. Direktur Jenderal Perkebunan, Heru Tri Widarto bersama Dinas setempat, petani, dan masyarakat lakukan gerakan tanam kelapa tumpang sari padi gogo di Desa Ciakar, Kecamatan Gunung Kencana.
“Di sini ada 100 hektar pengembangan tanaman kelapa yang didanai oleh Ditjen Perkebunan, dan kami memanfaatkan momen saat ini sudah musim hujan, penanaman kelapa tumpang sisip padi gogo, dilakukan hal ini agar selama menunggu kelapa berbuah, petani dan masyarakat sekitar tetap memperoleh hasil padi gogo,” jelas Heru, Senin (7/10).
Kelompok tani setempat, Kelompok Tani Citra Tani yang berada di Desa Ciakar, Kecamatan Gunung Kencana juga sangat berperan aktif dalam mendukung program ini. Kelompok tani ini secara aktif melakukan budidaya padi gogo di sela-sela pohon kelapa, memanfaatkan lahan yang ada secara efektif dan efisien. Pola tanam ini tidak hanya mendukung peningkatan produksi padi, tetapi juga menjaga keberlanjutan tanaman kelapa setempat.
Ketua Kelompok Tani Citra Tani, Dedi, bersyukur dan terima kasih kepada menteri pertanian, dan dinas terkait, atas bantuan yang telah diberikan pemerintah pusat maupun daerah.
“Dengan kegiatan ini kami terbantu, dengan adanya pemberian padi kami membangun ekonomi masyarakat sekitar, bantuan kelapa juga sangat bermanfaat bagi kami, harapannya pemerintah menyediakan market untuk penjualan hasil panen kami,” ungkap Dedi.
Dedi mengaku lahan yang ditanami padi gogo tumpang sisip kelapa ini merupakan lahan Perhutani melalui Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH). Di tengah kesulitan mencari lahan, baik untuk tanaman perkebunan maupun tanaman pangan, khususnya padi, ada berkah dari perhutani menyediakan lahan, masyarakat boleh memanfaatkan lahan sekaligus menjaga hutan, bagi warga Ciakar tentu kedepan menjadi sumber pendapatan baik dari hasil tanaman pangan maupun perkebunan.
Hal senada disampaikan oleh Aris dari Perusahaan Umum Kehutanan Negara (Perum Perhutani) bahwa pihaknya mendukung penuh kegiatan ini dan memang sudah bertahun – tahun bekerjasama sama dan berkolaborasi dengan LMDH dan masyarakat setempat berupa penyediaan lahan.
“Alhamdulillah pada kesempatan kali ini kita bisa bersama-sama dengan masyarakat, kemudian dari Kementerian Pertanian dan dari Dinas Pertanian setempat juga, pada kesempatan ini kami bisa melaksanakan penanaman padi gogo tumpang sisip pohon kelapa. Alhamdulillah kami di sini bisa berkolaborasi dengan masyarakat lmdh setempat, kami juga di perhutani menyediakan lahan kebetulan ini sudah menjadi kerjasama, sudah bertahun tahun aman, dan kami juga disini punya progam bisa nanti tanaman perhutani dan tanaman masyarakat bisa kerjasama dengan lancar,” kata Aris.
Selanjutnya Kepala Dinas Pertanian Lebak, Rahmat menyampaikan terima kasih kepada Kementerian Pertanian khususnya Dirjen Perkebunan yang telah memberikan banyak bantuan.
“Di Gunung Kencana memiliki potensi perkebunan sekitar 25 hektar, dan untuk pengembangan sekitar 10 hektar. Dan alhamdulillah saat ini kita bisa menyaksikan pemberdayaan masyarakat melalui tanam padi gogo di lahan kelapa. Alhamdulillah begitu banyak bantuan, mudah-mudahan kedepan kita semakin bersinergis dengan provinsi, kementerian sehingga target PAT tercapai,” kata Rahmat.
Perwakilan dari Provinsi Banten, Anita mengatakan di Banten terdapat 78.000 ha untuk komoditas kelapa, dan komoditas perkebunan unggulannya adalah kelapa.
“Beberapa tahun ini sudah bisa mengurangi kondisi tanaman yang tua dan rusak, Insya Alloh kedepan berguna untuk masyarakat kami. Dengan unggulan kelapa cunap merah, tantangannya di benih, karena sudah dikonsumsi dari muda sesuai permintaan pasar, kami juga ingin mengucapkan terima kasih pada pemerintah pusat, mudah-mudahan perkebunan kelapa terus jaya,” terang Anita.
Kepala BSIP Banten, Ismatul Hidayah mengungkapkan benih padi gogo yang digunakan pada tumpang sisip dengan kelapa hari ini menggunakan padi gogo IPB 9G merupakan salah satu varietas padi gogo dari IPB, untuk lahan kering bisa berpotensi hingga 13 ton.
“Padi gogo varietas unggul ini tidak kalah dengan padi yang biasa petani tanam, memiliki keunggulan karena umurnya pendek namun menggunakan IPB 9G ini sekitar empat bulan lamanya, sehingga bisa dilakukan dua kali tanam,” ucap Isma.
Pada kesempatan yang sama, Iwan Setiawan, Babinsa Desa Ciakar, Kecamatan Gunung Kencana, Kabupaten Lebak menyampaikan pihaknya hanya untuk mengawal menekankan kepada para petani terkait apa yang telah diberikan dari pemerintah khususnya pertanian mengenai tentang padi gogo dan kelapa memberikan motivasi bagi masyarakat untuk membangun partisipasinya dalam melestarikan tanaman yang diberikan dari pemerintah.
“Saya sebagai Babinsa, Iwan Setiawan markas 01 Koramil 03 10 Gunung Kencana merasa bersyukur berterima kasih kepada pemerintah yang dimana pada saat ini pemerintah dengan upaya kepada masyarakat khususnya kalangan pertanian membantu semaksimal mungkin untuk penambahan penghasilan bagi masyarakat dan saya sebagai Babinsa bahwasanya akan ikut serta mendampingi dan membantu kepada petani yang untuk melakukan pendampingan sebagai Babinsa, selanjutnya sebagai Babinsa saya harapkan kepada para petani khususnya tolong rawat gunakan penanaman tersebut dalam hal pembibitan kelapa maupun tanam gogo supaya lebih maksimal,” kata Iwan.
Menurut Heru, di Kabupaten Lebak untuk tanaman perkebunan juga ada tanaman sawit dan sudah beberapa tahun ini mengikuti program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR), selain itu Lebak sangat terkenal dengan gula aren bahkan hingga ekspor.
“Pusat produksi gula aren di Lebak ada dua yaitu di Cihara, pantai selatan dan di pegunungan itu Lobang, Ditjen Perkebunan melakukan pembinaan melalui pengembangan desa organik aren Kecamatan Sobang, mereka diberikan sertifikasi bahkan sudah ekspor ke Uni Eropa,” tambah Heru.
Heru mengaku Provinsi Banten khususnya Kabupaten Lebak memiliki prospek luar biasa, tidak hanya mendukung swasembada beras tetapi juga memiliki potensi tanaman perkebunan yaitu kelapa, sawit, gula aren, dan kopi.
“Sebuah berkah masyarakat banten, pertaniannya sangat maju dari sisi teknologi melalui BSIP Banten selalu mendukung kerjasama dengan dinas setempat, sebenarnya sudah komplit, tinggal bagaimana meningkatkan kerjasama itu dalam angka meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” tutur Heru.
Lebih lanjut Heru mengatakan di Kabupaten Lebak dengan kontur lahan yang beragam bisa ditanam kopi jenis robusta, dan direncanakan pada bulan November mendatang Ditjen Perkebunan akan memberikan bantuan kepada petani setempat untuk dilakukan penanaman kopi serta dilakukan juga tumpang sisip padi gogo.
Seusai melakukan penanaman kelapa dan padi gogo, tiba di lokasi kedua di Desa Bolang, Kecamatan Malimping, Kabupaten Lebak, plt Dirjen Perkebunan, Heru lakukan panen padi di lokasi irigasi perpompaan (irpom). Menurut Heru, di desa ini mendapat bantuan dari Kementerian Pertanian berupa tujuh buah irpom. Irpom tersebut merupakan jawaban bagi masyarakat Desa Bolang karena irigasinya dalam kondisi rusak dan akan terisi hanya pada saat musim penghujan.
“Sebelum ada program irpom Kementan, warga sekitar hanya mengandalkan air hujan sehingga hanya satu kali tanam. Panen kali ini adalah musim tanam (MT) kedua, dan setelah ini akan disusul dengan tanam ketiga pada 2024 ini. Bantuan dari Kementan lainnya berupa Combine Harvester yang akan berpindah lokasi sesuai lokasi panen, saat ini terdapat dua Combine Harvester di lokasi Desa Bolang dan rencananya akan selesai pada pekan depan,” imbuh Heru.
Pada waktu yang sama, plt. Dirjen Perkebunan lanjut lakukan peninjauan ke lokasi Kelompok Tani gula aren di Desa Citerep, Kecamatan Malimping. Salah satu petani gula aren, Ahmad Sujana mengatakan salah satu tumbuhan yang bisa dihasilkan pagi sore adalah gula aren.
“Permintaan gula aren dari masyarakat saat ini cukup meningkat, aren sementara ini tidak harus membuat pabrik karena bisa dilakukan di rumah sendiri, sehingga sebenarnya aren ini sangat sederhana dan pabrik ada di rumah sendiri, dan pasar ada di lingkungan sekitar kita,” tambah Ahmad.
Ahmad menambahkan terdapat berbagai jenis aren di Desa Citerep, Kecamatan Malimping ini diantaranya Genjah, Parasi, Semolen, dan Dalem, masing-masing memiliki kekurangan maupun kelebihan. Faktanya, selama ini aren merupakan tanaman liar, alami tumbuh tanpa harus diberi pupuk. Ahmad berharap ada tambahan bagi pengembangan aren tahun ini bisa mencapai lebih dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.
Tidak hanya mencatatkan hasil yang memuaskan, program tanam padi gogo di Banten juga memiliki potensi pengembangan yang sangat besar di masa depan. Berdasarkan data yang ada, terdapat potensi tambahan areal tanam seluas 11.018 hektar yang siap untuk dikembangkan. Hal ini membuka peluang besar bagi peningkatan produksi padi gogo, yang diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan dalam memenuhi kebutuhan pangan di Provinsi Banten.
Secara terpisah, Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman menuturkan keberhasilan program tumpang sisip pohon kelapa dengan padi gogo ini bukan hanya memberikan dampak positif bagi sektor pertanian Kabupaten Lebak, Banten, tetapi juga membuka peluang pengembangan ekonomi lokal melalui peningkatan produksi pangan dan kesejahteraan petani. Dengan potensi tambahan yang masih sangat besar, diharapkan program ini dapat menjadi salah satu motor penggerak peningkatan ketahanan pangan di masa depan.
“Provinsi Banten kini menjadi salah satu wilayah yang diharapkan dapat terus berinovasi dalam penerapan pola tanam berkelanjutan, dengan tetap mengedepankan kemandirian dan keberlanjutan sumber daya alam yang ada,” pungkas Mentan Amran.