YAICI Beberkan Salah Satu Penyebab Stunting di Indonesia

Pusat Aisyiyah bersama Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) Diskusi Terkait Bahaya Susu Kental Manis Bagi Anak (Doc: Istimewa)
Sumber :
  • VIVA.co.id/Natania Longdong

Bengkulu, VIVA – Pengurus Pusat Aisyiyah bekerja sama dengan Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) menggelar pertemuan untuk mengedukasi masyarakat mengenai bahaya konsumsi kental manis yang sering disalahartikan sebagai susu.

PHK Melonjak, Aturan Ini Diharapkan Bisa Redam Dampaknya Dongkrak Angka Stunting

Ketua Harian YAICI, Arif Hidayat, menekankan pentingnya pemahaman masyarakat mengenai dampak konsumsi kental manis, yang berkontribusi pada tingginya angka stunting di Indonesia.

Stunting di sendiri adalah masalah gizi yang serius, di mana anak-anak mengalami pertumbuhan fisik yang terhambat akibat kekurangan gizi kronis, terutama dalam 1.000 hari pertama kehidupan. Menurut data dari Kementerian Kesehatan, prevalensi stunting di Indonesia mencapai sekitar 24 persen pada tahun 2021.

Konsumsi Protein Hewani di Indonesia Rendah, Padahal Bisa Cegah Stunting Hingga Bantu Pertumbuhan

Sementara itu, kental manis jika dijadikan minuman susu, dapat mengganggu nafsu makan anak akibat tingginya kandungan gula. Hal ini menyebabkan anak merasa kenyang dan enggan mengonsumsi makanan bergizi, yang berpotensi memicu gangguan pertumbuhan serta penyakit tidak menular seperti diabetes dan obesitas.

Pertemuan ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya pola makan yang sehat untuk mendukung perkembangan anak-anak Indonesia.

Prof Nila F Moeloek: Stunting Bukan Sekadar Masalah Kekurangan Gizi

“Kami fokusnya kepada masalah isu kental manis sebenarnya, karena isu kental manis ini persepsi di masyarakat itu sebagai susu, itu sudah 100 tahun lebih dikampanyekan oleh produsen. Nah, Kenapa isu kental manis? Karena temuan kami di lapangan itu berkorelasi terhadap kejadian stunting,” kata Arif pada Kamis, 26 September 2024.

Ilustrasi stunting

Photo :
  • Direktorat P2PTM Kemenkes

Berdasarkan temuan sebelumnya di beberapa kota di Indonesia seperti Pontianak, dan Palembang, tiga dari 5 anak stunting mengonsumsi kental manis sebagai minuman susu.

Bahkan di Banjarmasin, lima anak stunting mengonsumsi kental manis sebagai minuman susu. Kelimanya saat ini telah mendapat pendampingan oleh mitra untuk perubahan pola konsumsi keluarga menjadi lebih baik.

“Terbaru hasil pemantauan di Kalimantan Selatan, lima anak yang menderita stunting lima-limanya mengonsumsi kental manis,” ujar Arif.

Selain melakukan edukasi, Arif mengatakan pihaknya turut melakukan audiensi dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bengkulu sebelum melaksanakan acara sosialisasi bersama PP Aisyiyah.

“Kami juga melakukan audiensi dengan Pemprov Bengkulu dan disambut baik dengan Pak Sekda. Semoga audiensi yang kami lakukan dapat membuahkan hasil positif,” tutur Arif. 

Lebih lanjut, Ketua Majelis Kesehatan PP Aisyiyah, Dr. Warsiti mengatakan salah persepsi akan kental manis di tengah-tengah masyarakat cukup mengkhawatirkan. Menurutnya, perlu kerja keras dalam mengedukasi masyarakat.

Oleh karena itu, ia pun mendorong seluruh kader Aisyiyah di Bengkulu agar dapat memasifkan edukasi yang benar mengenai kental manis. Dengan begitu, jangkauan masyarakat yang teredukasi dapat menjadi lebih besar.

“Yang menjadi salah satu perhatian kita tentu pencegahan stunting yang diakibatkan oleh penggunaan gula berlebih dalam hal ini bisa saja bersumber dari kental manis, Kami telah menyampaikan dan mengintruksikan kepada seluruh kader Aisyiyah Se-provinsi Bengkulu untuk memberikan edukasi penting dan berimbang di tengah-tengah masyarakat,” ungkap Dr Warsiti.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya