Kemensos Hadir Pulihkan Trauma Anak-anak Korban Gempa Bandung

Mensos Gus Ipul hadir menghibur anak-anak korban gempa di Bandung
Sumber :
  • Istimewa

Jakarta, VIVA – Sudah seminggu berlalu sejak gempa melanda Kabupaten Bandung, Jawa Barat, yang akhirnya membuat anak-anak korban bencana tinggal di tenda-tenda pengungsian. Rumah-rumah hancur, dan mereka harus berlindung di bawah terpal. 

Jangan Sampai Ketinggalan! Jadwal Pencairan Bansos PKH dan BPNT Bulan Ini

Tak hanya itu, cuaca dingin yang menyelimuti pun membuat situasi semakin berat. Namun, saat memasuki tenda Layanan Dukungan Psikososial (LDP) Kementerian Sosial di Desa Cibereum, Kecamatan Kertasari, suasana berubah total. 

Tenda dihiasi warna-warni ceria, menggambarkan tata surya lengkap dengan planet-planet dan bintang-bintang. Gambar astronot seakan melayang di luar angkasa, membawa imajinasi anak-anak jauh dari realitas kelam di pengungsian.

Mudah dan Cepat! Cara Mengecek NIK KTP untuk Bantuan PKH 2024

Tak hanya atap, dinding tenda pun penuh dengan ilustrasi cerita rakyat. Gambar Si Toba yang memancing ikan hingga Suro dan Boyo yang berkejaran, menjadi pemandangan yang menyambut mereka. Warna-warni yang mendominasi seolah membawa anak-anak ke dunia fantasi yang penuh dengan keajaiban.

Di tengah keceriaan itu, anak-anak tersenyum dan tertawa bersama Tim LDP Kemensos, yakin bahwa bencana ini akan segera berlalu. Pada siang itu, Rabu, 25 September 2024, mereka mendapatkan kunjungan spesial dari Menteri Sosial, Saifullah Yusuf atau Gus Ipul, yang datang dengan pesan penting dan harapan besar.

Cek NIK Kamu Terdaftar Bansos Kemensos atau Tidak di Sini!

Mensos Gus Ipul hibur anak-anak korban gempa di Bandung

Photo :
  • Istimewa

Saat kunjungan tersebut, Mensos Gus Ipul menekankan pentingnya pemahaman terhadap berbagai ancaman bencana alam. "Ada bencana banjir, ada gunung api, ada juga longsor, ada juga rawan gempa," katanya seperti dikutip dari siaran pers, Jumat, 27 September 2024.

Suasana pun lebih riang saat Mensos Gus Ipul mengomentari lagu dinyanyikan anak-anak. "Salah satu caranya tadi seperti dalam lagu itu. Hebat ini lagunya, tepuk tangan," ujarnya sambil tersenyum lebar. Tepuk tangan riuh pun langsung menggema dari tenda, menambah kehangatan di tengah cuaca dingin.

Anak-anak lalu menyanyikan “Manuk Dadali” yang liriknya diubah sesuai dengan urutan mitigasi bencana. Lirik tetap berbahasa Sunda agar mudah dihafal anak-anak.

Hal tersebut berkat salah satu anggota Tim LDP Kemensos, Igun Gunawan (50), yang mengubah lirik lagu tersebut. "Lamun aya gempa dijaga mastakana,” yang berarti "Jika ada gempa, jaga kepalamu," diikuti dengan "Lamun aya gempa nyumput ka kolong meja," atau "Jika ada gempa, berlindung di bawah meja." 

Lagu tersebut melanjutkan panduan penting seperti "Lamun aya gempa jauhan anu bahaya," yang berarti "Jauhi benda berbahaya," dan "Lamun aya gempa lumpat kanu laluasa," atau "Lari ke tempat terbuka." 

Untuk mencegah kepanikan, anak-anak juga diajarkan melalui lirik "Lamun pasesedeuk, tong suntrung-suntrungan," yang artinya "Jika ramai, jangan saling dorong," dan "Ulah parebut, lumpat kanu aman," atau "Jangan berebut, lari ke tempat yang aman." 

Meskipun berhasil membuat anak-anak memahami mitigasi bencana lewat lagu, Igun mengatakan dia belum meminta izin kepada keluarga Abah Sambas, pencipta lagu Manuk Dadali. Namun, dia yakin, keluarga tidak akan keberatan karena lagu tersebut digunakan untuk tujuan kebaikan dan tidak dikomersilkan.

Lewat lagu, Igun berharap anak-anak bisa melakukan penyelamatan diri. Sejak gempa bermagnitudo 4,9 yang terjadi pada 18 September lalu, lebih dari 30 kali gempa susulan masih terjadi. 

“Saat gempa lagi mereka bisa melakukan penyelamatan yang lebih baik. Karena kemarin-kemarin kan mereka pada berebut, injek-injekan, desak-desakkan,” ujarnya. Gempa utama terjadi pukul 09.41 WIB, saat itu anak-anak sedang berada di sekolah.

Lanjut Igun, layanan dukungan psikososial di posko pengungsian membantu mengurangi rasa trauma anak-anak."Dukungan psikososial mengembalikan anak pada keberfungsian sosial mereka, yaitu belajar dan bermain," jelasnya. 

Tim LDP Kemensos mengajak anak-anak mengungkapkan rasa takut mereka dengan cara yang gembira. Di satu sudut dinding tenda, terdapat tulisan dari puluhan anak-anak tentang perasaan mereka. Tak dipungkiri, kebanyakan mengakui mereka mengalami tekanan psikologis.

Untuk itu, Tim LDP Kemensos hadir membantu anak-anak mengurangi trauma. Ada banyak aktivitas yang dilakukan, mulai dari bernyanyi, bermain, berolahraga, menggambar, mewarnai, bermain catur, hingga flying fox. Tenda LDP hampir tidak pernah kosong, selalu penuh dengan anak-anak.

Salah satu anak yang selalu mengunjungi Tenda LDP Kemensos adalah Fadillah (11). Siswa Kelas V SD Lebaksari ini terpaksa mengungsi sebab rumahnya rusak akibat gempa. Tidak hanya rumah, sekolahnya juga rusak. Fadil bersama anak-anak lainnya terpaksa belajar di tenda darurat yang juga disiapkan Kemensos. 

Di tenda LDP, Fadil mengikuti berbagai kegiatan. "Banyak kegiatan sama Kak Igun, ada mewarnai, bernyanyi," katanya seraya mengatakan dia senang sebab di tenda ada banyak teman.

Sejak hadir untuk anak-anak di pengungsian, Tim LDP Kemensos perlahan mengubah trauma dan kesedihan anak-anak menjadi senyuman dan harapan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya