BPKP Mulai Usut Dugaan Markup Harga Konsumsi Atlet PON di Aceh

Kabid Konsumsi PB PON Wilayah Aceh dan Auditor BPKP saat jumpa pers mengenai masalah konsumsi atlet PON. VIVA/Dani Randi
Sumber :
  • VIVA.co.id/Dani Randi (Banda Aceh)

Banda Aceh, VIVA - Auditor Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) mulai mengumpulkan bukti konsumsi hingga porsi makanan bagi atlet dan official, yang diduga tidak sesuai dengan harga yang tertera dalam rencana anggaran biaya (RAB) bidang konsumsi PB PON Wilayah Aceh.

Kuasa Hukum Sebut Kejagung Tak Punya Bukti Audit BPKP soal Kerugian Negara di Kasus Tom Lembong

Auditor Ahli Madya BPKP Aceh Jufridani mengatakan, pihaknya sudah menerima informasi terkait dugaan adanya markup permainan harga konsumsi bagi atlet dan official PON di Aceh.

“Saat ini tim BPKP sedang mengumpulkan informasi dan memotret kondisi real di lapangan yang nantinya dokumen dan data ini akan kita gunakan untuk review pertanggungjawaban pada saat mereka melakukan pembayaran,” kata Jufridani saat konferensi pers membahas konsumsi atlet di Media Center PON Wilayah Aceh, Kamis, 12 September 2024.

Bibit-bibit Pesepakbola Potensial Lahir di Tangerang

Penampakan Isi Nasi Kotak Atlet PON Aceh-Sumut

Photo :
  • Istimewa

Pihaknya juga belum menentukan apakah harga makanan yang tertera di RAB sesuai dengan kondisi di lapangan yang diterima oleh atlet dan official dan panitian PON lainnya.

Wing Chun Indonesia Juara Umum Kejuaran Dunia, Yaqut Janji Perjuangkan Masuk Cabor KONI

“Saat ini kita belum berbicara layak atau tidak layak dengan harga Rp 50 ribu dan Rp 18 ribu. Kita masih memotret kondisi di lapangan,” ujarnya.

Dari data yang diterima, PT. Aktifitas Atmosfer menjadi vendor tunggal berdomisili di Jakarta Selatan yang mengelola konsumsi atlet hingga official PON 2024 dengan pagu anggaran senilai Rp 42,3 miliar.

Dalam RAB itu juga disebutkan bahwa harga satuan per porsi makanan untuk atlet Rp50.900 dan secara keseluruhan mencapai Rp30,8 Miliar. Sementara untuk snack atlet per satuannya Rp18.900 dan nilai secara keseluruhan Rp11,4 miliar.

Harga tersebut berbeda dengan kondisi real di lapangan. Sebagian atlet mendapat satu kotak nasi yang di dalamnya hanya telur bulat, irisan wortel dan air mineral gelas. Lalu ada yang mendapat lauk berupa ayam seukuran jari kelingking orang dewasa.

Lalu ada yang menerima nasi keras hingga lauk yang sudah basi. Persoalan itu diperparah dengan keterlambatan distribusi konsumsi yang sering telat sampai ke lokasi atlet beristirahat.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya