Kunjungan Paus Fransiskus Tunjukkan Identitas RI sebagai Bangsa Berbhinneka

Paus Fransiskus Tinggalkan Indonesia
Sumber :
  • AP Photo/Tatan Syuflana

Jakarta, VIVA - Kunjungan kepala negara Kota Vatikan sekaligus kepala pemerintahan Takhta Suci Paulus Fransiskus ke RI dinilai sebagai cerminan pengakuan dunia internasional. Kehadiran Paus ke Tanah Air memperlihatkan RI sebagai negara yang menjunjung tinggi toleransi beragama.

Kain keffiyeh yang Digunakan Patung Kelahiran Yesus Jadi Sorotan Saat Dipamerkan Paus Fransiskus, Simak Sejarahnya

Demikian disampaikan Anggota Komisi VIII DPR My Esti Wijayati. Ia bilang kehadiran Paus juga membawa pesan harapan yang besar bagi seluruh masyarakat RI.

"Kehadiran Bapa Suci membawa pesan harapan yang besar bagi seluruh masyarakat Indonesia, tidak hanya bagi umat Katolik tetapi juga bagi seluruh elemen bangsa yang menjunjung tinggi nilai-nilai kerukunan, kedamaian, dan toleransi," kata My Esti Wijayati, dikutip pada Jumat, 6 September 2024.

Pesan Paus Fransiskus untuk Suriah Pasca Kejatuhan Rezim Assad

Esti pun menyoroti dan merasa bersyukur atas sambutan hangat yang diberikan masyarakat RI dalam kedatangan Paus. Bagi dia, respons masyarakat atas kedatangan Paus juga berikan warna berbeda yang menunjukkan identitas bangsa RI.

“Tentunya, partisipasi dari masyarakat terhadap kedatangan Bapa Paus Fransiskus semakin memberikan warna sekaligus menunjukkan identitas Indonesia sebagai bangsa berbinneka, bertoleransi, dan penuh kehangatan,” katanya.

Selaraskan Asta Cita Prabowo, Penguatan Toleransi di Daerah Mesti Didorong

Anggota DPR RI MY Esti Wijayati.

Photo :

Dia menambahkan, kunjungan Paus juga sebagai momentum berharga untuk pererat hubungan antarumat beragama di RI. Hal itu karena status RI sebagai negara dengan mayoritas penduduk Muslim.

“Dengan Bapa Paus Fransiskus berkenan datang ke sini, hal tersebut mencerminkan pengakuan dunia internasional terhadap komitmen Indonesia dalam menjaga kerukunan dan toleransi antarumat beragama," tuturnya.

Lebih lanjut, Esti menuturkan kerja sama antarumat beragama dan antarbangsa menjadi kunci untuk menciptakan dunia yang lebih damai dan harmonis di tengah tantangan global yang makin kompleks. Menurut dia, keharmonisan dalam keberagaman adalah kekuatan yang harus dipelihara bersama demi masa depan yang lebih baik untuk seluruh rakyat RI.

"Bapa Paus Fransiskus dapat perkuat dialog antaragama yang telah lama menjadi bagian dari identitas Indonesia sebagai negara yang beragam. Beliau dikenal sebagai pemimpin yang mengedepankan perdamaian dan dialog lintas agama," ujarnya.

Adapun kedatangan Paus Fransiskus ke RI merupakan kunjungan ketiga pemimpin tertinggi Gereja Katolik sedunia setelah kunjungan Yang Teramat Mulia Paus Paulus ke-6 pada tahun 1970 dan kunjungan Yang Teramat Mulia Paus Yohannes Paulus ke-2 tahun 1989.

"Semoga kehadiran Bapa Paus Fransiskus dapat perkokoh upaya-upaya dalam mengatasi segala tantangan kehidupan beragama Indonesia," sebut Esti. 

Esti menyampaikan RI merupakan negara yang  menjunjung tinggi Bhinneka Tunggal Ika, sehingga perlu memperkuat toleransi dan saling pengertian antarumat beragama. 

“Kehadiran Bapa Paus Fransiskus adalah pengingat bahwa persatuan dalam keberagaman adalah fondasi utama bagi bangsa Indonesia,” ujar Legislator dari Dapil Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) itu.

Dia minta semua pihak agar momen kedatangan Paus juga bisa perkuat komitmen dalam menjaga kerukunan antarumat beragama. "Serta menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia mampu hidup damai di tengah perbedaan," ujar Esti. 

Sebagai informasi, kunjungan Paus ke RI sebagai agenda perjalanan apostolik yangberlangsung hingga 6 September 2024. RI jadi negara tujuan pertama di wilayah Asia Pasifik.

Selama di Indonesia dalam 4 hari, Paus Fransiskus melakukan pertemuan kenegaraan hingga pertemuan diplomatik. Mulai dari pertemuan dengan Presiden RI Joko Widodo  hingga pertemuan antaragama (Pidato Bapa Suci) di Masjid Istiqlal. 

Puncak kunjungan Paus adalah perayaan Ekaristi di Stadion Gelora Bung Karno (GBK) pada Kamis, 5 September 2024 yang dihadiri lebih 80 ribu umat katolik Indonesia.
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya