Hilmar Farid Sebut Pendekatan Transdisiplin Ilmu Pengetahuan Bisa Majukan Kebudayaan
- VIVA.co.id/Dani Randi (Banda Aceh)
Banda Aceh, VIVA - Direktur Jenderal (Dirjen) Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Hilmar Farid menekankan pentingnya transdisiplin ilmu pengetahuan untuk mampu memajukan kebudayaan.
Hal itu dikatakan Hilmar Farid saat mengisi diskusi kebudayaan di Gedung AAC Dayan Dawood Kompleks Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Kamis, 5 September 2024.
Acara ini merupakan bagian dari upaya Kemendikbudristek untuk membahas isu-isu strategis terkait amanat UU Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.Â
Hilmar mengatakan, di era globalisasi yang semakin kompleks, penting bagi para akademisi dan praktisi untuk berani berpikir di luar batas-batas disiplin ilmu mereka.
"Kalau mau berbicara tentang kemajuan kebudayaan, itu saatnya harus berani, harus mau keluar dari cangkang keilmuan kita mulai berubah, berpikir secara transdisiplin bukan lagi multidisiplin," kata Hilmar.
Ia juga menekankan perlunya pendekatan transdisiplin, yang mengedepankan kolaborasi antara berbagai bidang ilmu dan aktor masyarakat.
Transdisiplin, kata Hilmar adalah pendekatan yang melibatkan kerjasama antara berbagai disiplin ilmu serta komunitas praktis dalam mencari solusi untuk masalah nyata.Â
Hal ini berbeda dengan pendekatan multidisiplin yang hanya mengumpulkan pengetahuan dari berbagai disiplin tanpa integrasi yang signifikan.Â
Salah satu tantangan utama yang dihadapi nantinya, kata dia adalah bagaimana para pendidik dapat memahami dan mencari objek kajian yang relevan dengan konteks sosial saat ini.
"Kita membutuhkan pengetahuan yang lebih holistik dan aplikatif untuk menjawab tantangan nyata," katanya.
Keterlibatan mahasiswa dalam proses ini juga dinilai penting. Mahasiswa diharapkan mulai berpikir kritis dan kreatif tentang apa yang mereka pelajari, serta bagaimana pengetahuan tersebut dapat diterapkan untuk kebaikan masyarakat.Â
Ia juga menyorot soal kesadaran akan keragaman ekspresi dalam kebudayaan.
"Kita juga perlu meningkatkan kemampuan kita untuk memahami berbagai bentuk ekspresi budaya," katanya.
Kegiatan diskusi kebudayaan itu juga diikuti ratusan mahasiswa yang berasal dari USK, UIN Ar Raniry hingga pemerhati budaya Aceh.